REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran level 5,25 persen-5,50 persen. Kebijakan tersebut tampak sudah diantisipasi oleh pelaku pasar.
Hal tersebut tergambar dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini yang tetap melaju di area positif setelah lima hari beruntun menguat. Meski sempat dibuka turun di awal perdagangan, IHSG mampu rebound dengan naik ke level 6.961,84.
"Pasar tetap tenang, dan stay cool karena kenaikkan tingkat suku bunga merupakan salah satu yang sudah diprediksi oleh pasar, ditambah dengan daya tahan ekonomi yang begitu luar biasa," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, Kamis (27/7/2023).
Kenaikan IHSG kali ini ditopang oleh saham-saham perbankan dan konsumer yang mencatatkan penguatan tajam. Saham BMRI, BBRI, dan INDF kompak mengalami kenaikan lebih dari satu persen. Sedangkan saham energi cukup tertekan setelah kemarin ditutup naik signifikan.
Gubernur The Fed Jerome Powell memandang AS tidak lagi berpotensi mengalami resesi. Powell melihat ekonomi tetap bertahan sekalipun tingkat suku bunga dinaikkan. Meski demikian, perlambatan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tetap terjadi.
Beberapa laporan keuangan yang dirilis perusahaan menunjukkan pemulihan yang cukup baik. Hal ini yang membuat Dow Jones ditutup menguat 0,23 persen meskipun S&P 500 ditutup terkoreksi 0,02 persen.
Menurut Nico, pelaku pasar dan investor memiliki pandangan cukup optimistis pada hari ini. "Sejauh ini pasar dapat menerima dengan baik kenaikan tingkat suku bunga, dan sesuai dengan prediksi pasar karena komunikasi yang baik dari The Fed," kata Nico.
Ke depan, menurut Nico, pelaku pasar akan menantikan kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC selanjutnya. Pasar berspekulasi bank sentral AS akan mengerek suku bunga acuannya sekali di September mendatang.