Kamis 18 Sep 2025 12:18 WIB

The Fed Pangkas Suku Bunga, Analis Nilai Emas Jadi Pilihan Investasi Utama

Pemangkasan suku bunga dan ketidakpastian global dorong reli harga emas.

Pedagang mengambil emas perhiasan yang dipilih pembeli di salah satu toko perhiasan emas di Cikini, Jakarta, Jumat (12/9/2025). Menurut sejumlah pedagang setempat, meskipun harga emas saat ini tergolong tinggi, aktivitas jual beli logam mulia maupun emas perhiasan di kawasan tersebut masih lesu. Kondisi ini diperkirakan akibat menurunnya daya beli masyarakat. Beberapa pedagang emas, selain mengandalkan penjualan di toko fisik, kini mulai merambah ke platform marketplace. Menurut mereka, penjualan melalui marketplace cukup membantu, meskipun masih didominasi oleh pelanggan tetap. Sementara itu, harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada hari ini tercatat mengalami koreksi sebesar Rp7.000, menjadi Rp2.088.000 per gram.
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang mengambil emas perhiasan yang dipilih pembeli di salah satu toko perhiasan emas di Cikini, Jakarta, Jumat (12/9/2025). Menurut sejumlah pedagang setempat, meskipun harga emas saat ini tergolong tinggi, aktivitas jual beli logam mulia maupun emas perhiasan di kawasan tersebut masih lesu. Kondisi ini diperkirakan akibat menurunnya daya beli masyarakat. Beberapa pedagang emas, selain mengandalkan penjualan di toko fisik, kini mulai merambah ke platform marketplace. Menurut mereka, penjualan melalui marketplace cukup membantu, meskipun masih didominasi oleh pelanggan tetap. Sementara itu, harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada hari ini tercatat mengalami koreksi sebesar Rp7.000, menjadi Rp2.088.000 per gram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Financial Analyst Finex, Brahmantya Himawan, menyatakan terdapat peluang besar untuk berinvestasi emas setelah bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), kembali memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) ke level 4–4,25 persen. Ia menuturkan keputusan pemangkasan suku bunga yang diumumkan Rabu (17/9) waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia itu, disertai meningkatnya ketidakpastian geopolitik global, mendorong emas kembali menjadi pilihan utama sebagai aset lindung nilai.

“Pemangkasan suku bunga The Fed menekan imbal hasil riil sehingga opportunity cost memegang emas semakin rendah,” ujar Brahmantya di Jakarta, Kamis (18/9/2025).

Baca Juga

Ia mengatakan kondisi tersebut menegaskan kembali relevansi emas dalam portofolio investasi, apalagi sejak pandemi Covid-19 emas konsisten dipandang sebagai instrumen lindung nilai yang paling solid.

Saat ini, lanjutnya, kombinasi suku bunga riil yang rendah, inflasi yang tetap tinggi, dan risiko geopolitik global memperkuat sentimen positif terhadap logam mulia tersebut.

“Dalam sejarah, periode suku bunga riil rendah hingga negatif selalu beriringan dengan reli harga emas,” ujarnya.

Brahmantya menyampaikan, selain faktor makroekonomi, momentum emas juga ditopang tingginya permintaan dari bank sentral negara berkembang, lonjakan investasi ritel, serta arus modal ke reksa dana berbasis emas (exchange traded fund/ETF).

Ia mengatakan sejumlah analis bahkan memperkirakan secara teknikal harga emas berpotensi menembus level resistance di kisaran 3.750–4.000 dolar AS (Rp 61,44 juta–Rp 65,54 juta, kurs Rp 16.385).

Level resistance emas adalah tingkat harga saat tekanan jual cukup kuat untuk menghentikan atau membalikkan kenaikan harga, sehingga dapat mendorong harga kembali turun.

Brahmantya menambahkan, investor ritel dapat memanfaatkan volatilitas emas saat ini untuk strategi jangka pendek maupun jangka panjang.

“Strategi seperti disiplin dengan stop loss (perintah otomatis menjual aset ketika kerugian mencapai batas tertentu), profit taking bertahap (menjual aset untuk mengamankan keuntungan), dan penggunaan metode Dollar-Cost Averaging (DCA/berinvestasi secara rutin) dapat menjadi kunci menghadapi dinamika pasar saat ini,” imbuhnya.

Sementara itu, harga emas Antam yang dipantau dari laman Logam Mulia, Kamis (18/9/2025), turun Rp 17.000 dari Rp 2.115.000 menjadi Rp 2.098.000 per gram, dengan harga jual kembali (buyback) Rp 1.945.000 per gram.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement