Selasa 25 Jul 2023 07:04 WIB

Jika The Fed Naikkan Suku Bunga, BI Dinilai Perlu Lakukan Ini

BI perlu menaikkan suku bunga dan meningkatkan efektivitas kebijakan DHE.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Logo Bank Indonesia. Bank Indonesia perlu melakukan sejumlah kebijakan jika bank sentral AS menaikkan suku bunga.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Logo Bank Indonesia. Bank Indonesia perlu melakukan sejumlah kebijakan jika bank sentral AS menaikkan suku bunga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom yang juga Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memproyeksikan The Fed akan memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan pada hasil pertemuan Juli 2023. Bhima menilai, jika bulan ini The Fed menaikan suku bunga acuan maka hal tersebut perlu diantisipasi oleh Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah Indonesia.

"Jika The Fed naik lagi bulan Juli 2023 maka imbasnya BI perlu naikkan bunga 25 basis poin (bps)," kata Bhima kepada Republika.co.id, Selasa (25/7/2023).

Baca Juga

Selain itu, Bhima menuturkan pemerintah juga perlu meningkatkan efektivitas kebijakan wajib devisa hasil ekspor (DHE) yang baru. Bhima menegaskan, jkka wajib simpan valas ekspor di dalam negeri efektif maka kenaikan bunga 25 bps sudah cukup tahan pelemahan nilai tukar.

Bhima menilai jika kenaikan suku bunga BI hingga 25 bps kurang bekerja dengan baik maka perlu dilakukan upaya lebih agresif. "Mau tidak mau BI harus naikkan bunga acuan lebih agresif lagi. Itu kita tidak harapkan ya karena akan memicu kontraksi konsumsi dan penyaluran kredit di dalam negeri," jelas Bhima.

Sebelumnya, Bhima mengungkapkan The Fed berpotensi akan menaikkan suku bunga beberapa kali lagi. Dia bahkan memprediksi, proyeksi fed rate meningkat dua sampai tiga kali lagi hingga akhir 2023.

Bhima menuturkan terdapat kemungkinan fed rate kembali naik. Hal itu juga menyusul proyeksi core inflation di Amerika Serikat (AS) masih cukup tinggi dibanding sebelum pandemi Covid-19.

Bhima menilai, kebijakan moneter di AS masih akan agresif menaikan suku bunga. “Ini akan sebabkan tekanan kurs dan aliran modal asing portfolio di negara berkembang seperti Indonesia,” jelas Bhima.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement