REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2023 masih mencatatkan surplus. Ekonomi senior, Sunarsip mengatakan neraca perdagangan Indonesia saat ini relatif resilien terhadap perlambatan dan ketidakpastian ekonomi global.
"Semoga berita baik ini, bisa menambah amunisi bagi penguatan nilai tukar rupiah," kata Sunarsip kepada Republika.co.id, Senin (17/7/2023).
Dia menjelaskan surplus neraca perdagangan Juni 2023 naik dibanding bulan sebelumnya. Hanya saja jika dibandingkan rata-rata surplus selama 2023 masih lebih rendah.
Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan barang Indonesia pada Juni 2023 mencapai 3,45 miliar dolar AS. Surplus pada Juni 2023 meningkat lebih tajam dibandingkan bulan sebelumnya namun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Meskipun begitu, Sunarsip menilai angka surplus tersebut bagus. "Bulan Mei lalu surplus kita anjlok sekali karena impornya yang tinggi sekali," ucap Sunarsip.
Sunarsip mengatakan, impor tinggi pada Mei 2023 juga bukan karena kenaikan produk-produk rutinitas. Hal tersebut dikarenakan aktivitas percepatan penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Lalu pada Juni 2023, Sunarsip mengatakan impor proyek kereta api cepat tersebut juga masih ada. Dengan begitu masih menekan surplus neraca perdagangan meskipun tidak sebesar pada Mei 2023.
Meskipun begitu, Sunarsip menegaskan angka ekspor Indonesia masih tumbuh cukup baik. "Ini memperlihatkan bahwa demand terhadap ekspor kita masih bagus, meskipun saya amati harga-harga komoditas masih melanjutkan tren penurunan sampai dengan Juni kemarin," jelas Sunarsip.
Menurutnya, perlambatan ekonomi di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat relatif dapat diatasi oleh para eksportir Indonesia. Setidaknya, kata dia, perlambatan demand dari Eropa dan Amerika Serikat dapat digantikan oleh ekspor di kawasan lainnya seperti dari Asia.