Selasa 11 Jul 2023 18:45 WIB

Permintaan Bergairah, Inflasi Perumahan Meningkat Dua Kali Lipat

Permintaan perumahan atau demand masih akan tetap bergairah.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Suasana perumahan bersubsidi di Kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (7/2/2023).
Foto: Republika/Prayogi
Suasana perumahan bersubsidi di Kawasan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (7/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ekonom senior Sunarsip mengungkapkan, saat ini produksi atau suplai perumahan mengalami perlambatan pertumbuhan. Meskipun kegiatan investasi dan konstruksi baru pada perumahan tidak mengalami peningkatan berarti, Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) itu menilai permintaan perumahan atau demand masih akan tetap bergairah.

“Hal ini antara lain tecermin dari inflasi perumahan dalam setahun terakhir meningkat lebih dari dua kalinya level inflasi pada 2021,” kata Sunarsip dalam diskusi daring Prospek dan Tantangan Pembiayaan Perumahan Rakyat, Selasa (11/7/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, pada Juni 2023, inflasi perumahan mencapai 2,49 persen secara tahunan. Menurutnya, angka tersebut jauh di atas level inflasi perumahan pada akhir 2021 sebesar 0,76 persen secara tahunan.

Sunarsip mengatakan, kenaikan inflasi perumahan tersebut mencerminkan dua hal. Pertama, kata dia, permintaan terhadap perumahan baik sewa maupun beli masih terjadi yang berarti daya beli masih terjaga.

Lalu kedua, adanya kenaikan harga rumah karena dorongan kenaikan harga bahan baku dan biaya produksi. “Ini terutama pascakebijakan kenaikan harga BBM pada September 2022,” ucap Sunarsip.

Dia menambahkan, harga rumah juga mengalami kenaikan dan hal tersebut terlihat dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR). Selama setahun terakhir, Sunarsip menjelaskan, kenaikan IHPR relatif merata yaitu terjadi pada seluruh jenis tipe rumah, dengan kenaikan IHPR tertinggi terjadi pada rumah tipe Menengah.

“Tingginya kenaikan IHPR tipe menengah ini mengindikasikan bahwa rumah tipe menengah saat ini relatif lebih diminati dibandingkan dengan rumah tipe kecil dan besar,” jelas Sunarsip.

Dia menuturkan, hal tersebut juga mengindikasikan terdapat potensi kebutuhan sekaligus kemampuan, khususnya dari kelompok masyarakat menengah untuk memenuhi kebutuhan perumahannya baik melalui beli atau sewa.

Sunarsip memperkirakan, demand terhadap perumahan tersebut dipenuhi oleh stok atau pasokan rumah yang berasal dari pembangunan atau konstruksi yang telah terealisasi sebelumnya, bukan dari proses konstruksi baru.

Kenaikan permintaan terhadap perumahan tersebut juga tercermin dari pertumbuhan sisi pembiayaannya. “Pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) terjadi pada seluruh tipe rumah, baik KPR tapak maupun KPR susun,” ungkap Sunarsip.

Pada Mei 2023, Sunarsip mengatakan KPR rumah yang tumbuh sebesar 6,49 persen secara tahunan. Sementara KPR tapak tumbuh 7,71 persen secara tahunan dan KPR susun tumbuh sebesar 5,53 persen secara tahunan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement