Selasa 11 Jul 2023 14:10 WIB

Ada Hyundai, Zulhas Mau Perdagangan RI-Korsel Lampaui Vietnam

Nilai perdagangan Indonesia-Korsel baru mencapai 24,5 miliar dolar AS.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat mengunjungi Pabrik Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (11/7/2023).
Foto: Dedy Darmawan Nasution
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan saat mengunjungi Pabrik Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (11/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menginginkan nilai perdagangan Korea Selatan dengan Indonesia dapat melampui neraca dagang Korsel dengan Vietnam, negara pesaing Indonesia di bidang industri kawasan ASEAN. Peningkatan perdagangan itu diyakini dapat meningkat seiring dengan masuknya Hyundai Motor yang membangun pabrik mobil listrik hingga baterai di Tanah Air. 

Ia menyampaikan, sejauh ini nilai perdagangan Indonesia-Korsel baru mencapai 24,5 miliar dolar AS, sementara Korea Selatan-Vietnam tembus hingga 78 miliar dolar AS.  

Baca Juga

“Kita bandingkan Indonesia-Korea dengan Korea-Vietnam itu baru sepertiganya. Dubes dan saya dan yang lain akan bekerja keras agar volume perdagangan bisa lebih besar dari Korsel dengan Vietnam,” kata Zulhas saat mengunjungi pabrik Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Bekasi, Selasa (11/7/2023). 

Ia menuturkan, strategi agar nilai perdagangan kedua negara meningkat dengan menarik aliran investasi di Korea Selatan agar masuk ke Indonesia. Salah satunya melalui Hyundai yang telah membangun pabrik kendaraan listriknya di Indonesia sejak 2019 dan beroperasi mulai 2021. Hyundai juga tengah dalam proses pembangunan pabrik battery cell dan battery pack untuk melengkapi ekosistem mobil listrik dengan nilai investasi mencapai 1,5 miliar dolar AS. 

Menurut Zulhas, bila Indonesia telah mampu membangun ekosistem mobil listrik secara penuh, peluang untuk mengekspor produk kendaraan listrik akan terbuka, termasuk ke Korea Selatan yang akan meningkatkan neraca perdagangan. 

“Indonesia bisa menjadi motor penggerak ekspor mobil listrik untuk dunia. (Ekspor) ke dunia, tapi kita berharap pusatnya di sini, jangan di Vietnam, Thailand, kita bersaing,” katanya. 

Ia memahami untuk memenangkan persaingan dengan sejumlah negara ASEAN yang gencar menarik investasi pabrikan mobil listrik tidak mudah. Diperlukan efisiensi dan percepatan layanan kepada para investor dengan menjamin kepastian berusaha. Di satu sisi, subsidi terhadap pembelian kendaraan listrik juga harus dilakukan. 

“Jadi, di zaman ini kita harus efisien, cepat, dan layanan kompetitif. Itu coba kita lakukan karena kalau banyak investasi, barulah kita 2035 bisa menjadi negara maju,” ujar dia. 

Sementara itu, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Lee Sang Deok menambahkan, tingginya nilai perdagangan Korea Selatan-Vietnam didorong oleh tingginya investasi Samsung Electronics di sana. Ia menyebut, sebanyak 25 persen produk domestik bruto Vietnam bahkan disokong oleh Samsung. 

Namun, menurutnya, perdagangan Korea Selatan-Indonesia akhir-akhir ini juga telah menunjukkan peningkatan signifikan. Terlebih bila industrialisasi mobil listrik dapat berjalan baik. “Jika Industri di Indonesia maju dan dan naik dibanding China dan Vietnam, pasti maunya Korea impor produk-produk dari Indonesia,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement