REPUBLIKA.CO.ID,SINGAPURA -- Untuk pelatih veteran Michael Clements, ini adalah kedua kalinya dalam 24 tahun tinggal di Singapura dia melihat pacuan kuda dipaksa untuk mengalah pada kebutuhan pembaruan lahan negara kota yang berpenduduk padat itu.
Pada tahun 1998, pacuan kuda di Singapura tengah, yang pernah dikunjungi Ratu Inggris Elizabeth II, direlokasi ke utara negara pulau, yang berukuran kurang dari setengah London tersebut. Turf Club lalu berada di Kranji.
Bekas sirkuit balap kuda itu kini telah ditandai untuk pembangunan stasiun kereta masa depan. Pada bulan Juni, pihak berwenang mengumumkan bahwa sirkuit Kranji akan ditutup, dan tanah tersebut akan dikembalikan kepada pemerintah pada tahun 2027. Namun, tidak seperti tahun 1998, tidak ada rencana cadangan untuk pacuan kuda -- atau kemungkinan relokasi. Sejarah olahraga di Singapura, yang telah bertahan selama lebih dari satu abad, akan berakhir begitu saja.
"Saya salah satu dari 22 pelatih kuda pacu di Singapura, dan sangat terkejut keputusan ini dibuat," kata Clements kepada Nikkei Asia. "Ini akan mempengaruhi masa depan saya, masa depan staf saya, dan masa depan semua kuda."
Clements berasal dari Inggris dan sekarang memiliki kewarganegaraan Singapura. Dia melatih 60 kuda dan mempekerjakan sekitar 30 anggota staf. Menurut perkiraannya, penutupan Turf Club akan secara langsung memengaruhi sekitar 800 orang yang bekerja di olahraga tersebut, membuat mereka memiliki prospek yang sangat tidak pasti.
Orang-orang yang kehilangan pekerjaan dapat mengharapkan bantuan dari Turf Club untuk menemukan pekerjaan baru, tetapi orang dalam industri seperti Clements tahu bahwa mereka akan kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian khusus mereka.
Perlombaan terakhir Turf Club dijadwalkan pada Oktober 2024. Pemerintah berencana untuk membangun kembali areal seluas 120 hektare – kira-kira setara dengan 168 lapangan sepak bola profesional – dan sekitarnya untuk melayani kebutuhan nasional dengan lebih baik.
"Singapura adalah negara kota dengan lahan terbatas," katanya dalam sebuah pernyataan bulan lalu. "Pemerintah terus meninjau rencana penggunaan lahannya untuk memenuhi kebutuhan saat ini sambil memastikan tersedianya lahan yang cukup untuk generasi mendatang."
Pemerintah mengatakan bahwa pacuan kuda telah menarik lebih sedikit penonton dalam beberapa tahun terakhir. Sementara pemain mati-matian masih mencoba memilih pemenang kuda saat banyak penjudi modern lebih suka memasang taruhan mereka dalam kenyamanan kasino baru yang megah.
"Lokasi Singapore Racecourse akan digunakan untuk perumahan, termasuk perumahan umum," kata pihak berwenang. "Tanah itu akan dikembalikan kepada pemerintah pada tahun 2027, sehingga persiapan lahan dan pembangunan kembali dapat dimulai."
Keterjangkauan perumahan telah menjadi pokok pembicaraan utama di antara penduduk setempat akhir-akhir ini. Keterlambatan konstruksi selama pandemi Covid-19 membuat pasokan apartemen baru terbatas. Ada beberapa unit saat ini di pasaran, dan harga serta sewa telah melonjak dalam setahun terakhir.
Masuknya orang asing yang mencari pekerjaan setelah pembatasan perbatasan pandemi dilonggarkan berkontribusi peningkatan permintaan properti. Sejak 2017, harga kondominium bertingkat tinggi melonjak hampir 40 persen, sementara harga sewa naik lebih dari 50 persen.
Jika pemerintah berfokus terutama pada pengembangan perumahan baru di lokasi lama Turf Club, analis memperkirakan bahwa hingga 30.000 rumah baru dapat masuk ke pasar.
"Pengembangan perumahan publik akan meningkatkan fasilitas dan konektivitas transportasi seperti bus," kata Lee Sze Teck, direktur senior penelitian di Huttons, sebuah agen real estate. "Jika kawasan ini menjadi kawasan yang lebih menarik untuk ditinggali, harga properti di sini bisa naik lebih cepat."
Sementara lebih banyak perumahan seharusnya menurunkan harga properti, hal ini dapat diimbangi oleh para pemburu apartemen yang bersaing untuk memasuki kota baru yang modern.
"Kami sedang terburu-buru untuk membangun lebih banyak dan juga untuk mendapatkan kembali lebih banyak lahan," kata Ku Swee Yong, direktur konsultan real estat International Property Advisor yang berbasis di Singapura. "Saya tidak yakin apa prioritasnya lagi."
Berakhirnya Turf Club memperpanjang daftar tempat rekreasi yang harus ditutup karena prioritas pembangunan nasional. Beberapa lapangan golf juga pada satu tahap dialokasikan untuk reklamasi ketika Singapura dan Malaysia sedang merencanakan jalur kereta api berkecepatan tinggi.
Tetapi Malaysia berubah pikiran tentang proyek lintas batas ketika Perdana Menteri Mahathir Mohamad kembali berkuasa pada 2018. Padahal pendahulunya yang dituduh melakukan korupsi, Najib Razak, telah mendukungnya.
Sing Tien Foo, seorang profesor di departemen real estate di National University of Singapore's Business School, yakin kelangkaan lahan di Singapura akan terus memaksa pilihan yang sulit.“Pertukaran semacam itu akan mempertimbangkan manfaat ekonomi terhadap dampak lingkungan,” katanya.
Sementara perencana kota berusaha untuk melestarikan tempat yang alami secara utuh. Walau demikian area yang telah dikembangkan sebagai lapangan golf kemungkinan suatu hari akan diubah fungsinya untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan komersial.
“Lebih banyak lokasi greenfield dan lahan hutan harus memberi jalan untuk perkembangan ini, yang mungkin tidak berkelanjutan,” kata Sing kepada Nikkei.
Dia mengatakan beberapa tempat reklamasi hanya dapat digunakan oleh kelompok populasi yang sempit, dan negara mungkin "terlayani dengan lebih baik dengan mendorong kelompok ini untuk menemukan opsi di negara tetangga."