Jumat 30 Jun 2023 23:10 WIB

Kebutuhan Uang Tunai Selama Masa Liburan Diproyeksikan Naik 11,3 Persen

BI menyiapkan uang tunai untuk mencukupi kebutuhan nasional sebesar Rp 93 triliun.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Warga menukarkan uang tunai baru di layanan kas keliling  Bank Indonesia di kawasan Pasar Tebet Barat, Jakarta, Selasa (28/3/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga menukarkan uang tunai baru di layanan kas keliling Bank Indonesia di kawasan Pasar Tebet Barat, Jakarta, Selasa (28/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memproyeksikan akan ada kenaikan kebutuhan uang tunai selama masa liburan. Hal tersebut dimulai sejak Haru Raya Idul Adha, cuti bersama, dan liburan sekolah pada Juni hingga Juli 2023.

Direktur Eksekutif Departen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, BI memastikan pemenuhan seluruh kebutuhan uang tunai di masyarakat. "Ini dilakukan dengan menyiapkan uang tunai untuk mencukupi kebutuhan nasional sebesar Rp 93 triliun sesuai proyeksi angka kebutuhan uang pada bulan Juni-Juli 2023 yang naik sebesar 11,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya," kata Erwin dalam pernyataan tertulisnya.

Baca Juga

Dia menjelaskan, realisasi penarikan perbankan secara nasional di Bank Indonesia yang terkonsentrasi sebelum libur panjang Idul Adha. Pada periode tersebut terjadi penarikan perbankan sebesar Rp 18,2 triliun dan secara optimal terpenuhi.

Untuk menjaga kecukupan uang rupiah bagi masyarakat, BI menyiapkan tiga langkah strategis. Langkah tersebut yakni memastikan pemenuhan seluruh kebutuhan uang tunai sesuai proyeksi, koordinasi dan kerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka pengedaran uang, serta meningkatkan edukasi Cinta, Bangga, Paham (CBP) rupiah kepada masyarakat.

Erwin menegaskan, BI terus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap rupiah melalui edukasi Cinta, Bangga dan Paham (CBP) Rupiah. Pesan cinta menekankan untuk mengenali keaslian dan cara merawat Rupiah dengan baik.

Pesan bangga menekankan apapun transaksinya (tunai atau nontunai) selalu menggunakan rupiah. Pesan paham menekankan agar masyarakat berbelanja dengan bijak dalam menggunakan rupiah.

"Kebanggaan ini menjadi esensial bukan hanya mengingat rupiah sebagai simbol kedaulatan bangsa, tetapi juga karena kualitas rupiah yang telah diakui oleh ragam penghargaan internasional," ungkap Erwin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement