Rabu 28 Jun 2023 11:37 WIB

Pekan Depan, Pasar Saham Diproyeksi Sideways dan Pasar Obligasi Masih Berpotensi Bullish

Pasar saham diproyeksi sideways mengingat minimnya sentimen domestik.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (2/1/2023). Pasar saham diproyeksi akan bergerak sideways pada pekan depan.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (2/1/2023). Pasar saham diproyeksi akan bergerak sideways pada pekan depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar saham diproyeksi akan bergerak sideways pada pekan depan. Sebagai gambaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan terakhir bergerak bearish dengan pelemahan tercatat sebesar 0,88 persen ke level 6.639,73.

"Untuk pekan depan, pada pasar saham diproyeksi bergerak sideways, mengingat minimnya sentimen domestik pada minggu ini," tulis tim riset Infovesta dikutip Rabu (28/6/2023).

Baca Juga

Di sisi lain, indeks dolar DXY Kembali mengalami penguatan sebesar 0,5 persen ke level 102,9. Kondisi ini mengkonfirmasi investor lebih bersikap berhati-hati dalam sepekan terakhir. Paskapelaksanaan FOMC Meeting pekan sebelumnya yang tetap menahan FFR namun memberikan indikasi kenaikan dua kali lagi hingga akhir tahun.

Gubernur The Fed Jerome Powell kembali melontarkan pernyataan yang cenderung bernada hawkish dan seolah meyakinkan langkah The Fed untuk harus dilakukan kenaikan FRR sebesar 25 bps pada pertemuan Juli. Sentimen ini direspons negatif oleh pasar. 

Sedangkan pada pasar obligasi, Infovesta Govt Bond index tercatat mengalami penguatan 0,11 persen ke level 10.004,21. Penguatan pada indeks, terutama didorong sentimen dari domestik yakni pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDGI) yang kembali menahan level suku bunga di level 5,75 persen. 

Tingkat inflasi sudah cukup terjaga, membuat BI bersikap dingin. Namun, Bank Indonesia tetap mengawasi dan mempertimbangkan langkah The Fed dalam mengambil sikap moneternya. Mengingat inflasi AS masih jauh dari target di level dua persen dan tren inflasi cukup lambat penurunannya, hal itu, menjadi pertimbangan The Fed pada FOMC ke depan.

Berbeda dengan pasar saham, pasar obligasi diperkirakan masih melanjutkan tren bullish namun juga dalam rentang terbatas. Real interest rate yang masih tinggi diantara negara regional lain membuat Surat Berharga Negara (SBN) masih menarik. 

Dengan berbagai proyeksi dan perkembangan isu global, menurut Infovesta, pelaku pasar dapat mencermati untuk memanfaatkan momentum saat ini guna mengoptimalkan tingkat imbal hasil portofolio investasi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement