Rabu 14 Jun 2023 09:58 WIB

Studi: Generasi Muda Lebih Pilih Cari Berita di TikTok daripada Media Massa

Tiktok jadi media sosial dengan pertumbuhan tercepat, digunakan 20 persen anak muda.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Logo TikTok ditampilkan di smartphone sambil berdiri di atas bendera AS dalam gambar ilustrasi yang diambil, 8 November 2019.
Foto: Reuters
Logo TikTok ditampilkan di smartphone sambil berdiri di atas bendera AS dalam gambar ilustrasi yang diambil, 8 November 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi membawa perubahan dalam kebiasaan orang, termasuk dalam mendapatkan informasi. Reuters Institute for the Study of Journalism dalam laporan Digital News Report tahunan menyebut masyarakat yang mengakses informasi dari media konvensional, baik melalui laman resmi maupun aplikasi turun 10 poin sejak 2018.

"Generasi muda lebih memilih untuk mengakses berita melalui media sosial dan agregator. Audiens lebih memperhatikan selebritas, influencer, dan kepribadian media sosial daripada jurnalis di platform seperti TikTok, Instagram, dan Snapchat," ujar Direktur Institut Reuters Rasmus Nielsen seperti dilansir dari Reuters pada Rabu (14/6/2023).

Baca Juga

Nielsen menyebut TikTok menjadi jejaring sosial dengan pertumbuhan tercepat yang digunakan oleh 20 persen anak berusia 18 hingga 24 tahun untuk berita atau naik lima poin persentase dari tahun lalu. Nielsen mengatakan kurang dari separuh responden survei yang masih menunjukkan minat terhadap berita.

"Tidak ada alasan yang masuk akal untuk berharap bahwa mereka yang lahir pada era 2000-an akan tiba-tiba memilih laman tradisional, apalagi disiarkan dan dicetak," ucap Nielsen.

Survei daring dengan 94 ribu responden orang dewasa itu dilakukan di 46 negara, termasuk AS. Nielsen mengatakan kurang dari sepertiga responden survei memilih cerita berdasarkan konsumsi mereka sebelumnya adalah cara yang baik untuk mendapatkan berita. Namun, masih sedikit responden yang lebih suka berita dipilih algoritme daripada oleh editor atau jurnalis.

Nielsen mengatakan kepercayaan terhadap berita turun dua poin pada tahun lalu, membalikkan keuntungan yang dibuat di banyak negara pada puncak pandemi virus corona. Saat pandemi, 40 persen responden mengaku paling sering memercayai berita. Amerika Serikat telah melihat peningkatan enam poin dalam kepercayaan pada berita menjadi 32 persen, tetapi tetap termasuk yang terendah dalam survei.

"Di seluruh dunia, 56 persen orang mengatakan mereka khawatir tentang mengidentifikasi perbedaan antara berita asli dan palsu di internet, atau naik dua poin dari tahun lalu," kata Nielsen.

Nielsen menyampaikan hasil survei menemukan bahwa 48 persen orang mengatakan mereka sangat atau sangat tertarik pada berita atau turun dari 63 persen pada 2017.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement