Jumat 19 May 2023 05:15 WIB

Toyota Tetap Berdalih Mobil Listrik Bukan Satu-satunya Pilihan Tepat Kurangi Emisi

Investor dan kelompok penggiat lingkungan telah lama mengeritik Toyota.

ill Pratt, CEO Toyota Research Institute (TRI), berpose di depan kendaraan riset yang dilengkapi dengan Toyota Guardian, sistem penghindaran kecelakaan yang membantu pengemudi, selama konferensi pers Toyota di CES 2019 di Las Vegas, Nevada, AS, 7 Januari, 2019.
Foto: Reuters
ill Pratt, CEO Toyota Research Institute (TRI), berpose di depan kendaraan riset yang dilengkapi dengan Toyota Guardian, sistem penghindaran kecelakaan yang membantu pengemudi, selama konferensi pers Toyota di CES 2019 di Las Vegas, Nevada, AS, 7 Januari, 2019.

REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO- Kurangnya sumber daya utama kendaraan listrik baterai (BEV) membuatnya tidak bisa menjadi satu-satunya jawaban sektor otomotif untuk perubahan iklim. Ilmuwan top Toyota Motor Corp Kamis (18/5/2023), memperingatkan bahwa fokus pada BEV dapat menyebabkan beberapa pengemudi bertahan kendaraan pembakaran internal (konvensional), yang selama ini menjadi salah satu penyebab pencemar udara.

Beberapa investor dan kelompok penggiat lingkungan telah lama mengkritik Toyota karena lambat mengembangkan BEV, dengan mengatakan telah tertinggal dari Tesla dan lainnya di tengah meningkatnya permintaan global terhadap mobil listrik.

Baca Juga

Toyota sebagai pembuat mobil nomor satu dunia berdasarkan penjualan telah membantah satu-satunya mobil ramah lingkungan adalah BEV. Menurut dia, mobil listrik hanyalah salah satu pilihan dan bahwa hibrida bensin-listrik, seperti perintis Prius, adalah pilihan yang lebih realistis untuk beberapa pasar dan pengemudi.

Gill Pratt, chief executive Toyota Research Institute, mengatakan kepada wartawan bahwa BEV dapat membuat perbedaan positif dalam mengurangi perubahan iklim di negara-negara seperti Norwegia, yang memiliki banyak infrastruktur terbarukan.

Namun di belahan dunia lain, tempat batu bara masih digunakan untuk menghasilkan energi, hibrida lebih baik untuk mengurangi emisi CO2, tambahnya.

"Bahan baterai dan infrastruktur pengisian terbarukan pada akhirnya akan berlimpah," kata Pratt di Hiroshima, sehari sebelum dimulainya KTT para pemimpin G-7 di Jepang.

"Tapi itu akan memakan waktu puluhan tahun untuk tambang material baterai, pembangkit listrik terbarukan, jalur transmisi, dan fasilitas penyimpanan energi musiman untuk ditingkatkan," katanya lagi.

Toyota, yang berusaha untuk menjual 1,5 juta mobil bertenaga baterai pada tahun 2026 dan memperkenalkan 10 model baru yang sepenuhnya listrik, sering berpendapat bahwa mencapai netralitas karbon berarti penggunaan kendaraan hibrida dan sel bahan bakar (hidrogen).

Reuters melaporkan tahun lalu bagaimana mantan kepala eksekutif Toyota, Akio Toyoda, melobi pemerintah Jepang untuk menjelaskan bahwa pihaknya mendukung kendaraan hybrid sebanyak BEV atau berisiko kehilangan dukungan industri otomotif.

BEV adalah "salah satu opsi yang sangat penting" untuk mencapai netralitas karbon dan juga hidrogen, kata Toyoda, yang saat ini menjabat sebagai ketua Toyota, kepada wartawan pada Kamis pagi.

 

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement