REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, perusahaan terus melakukan transformasi. Hal ini seiring dengan terbentuknya masyarakat digital yang sejalan dengan teknologi mobile broadband yang makin masif pertumbuhannya dan memperkuat ekonomi digital Indonesia.
"Hal ini dapat tercipta berkat dukungan infrastruktur digital yang disediakan perusahaan infrastruktur digital," ujar pria yang akrab disapa Teddy dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (16/5/2023).
Mitratel, lanjut Teddy, memacu pembangunan infrastruktur digital, seperti mengakuisi menara telekomunikasi dan kabel serat optik pada 2022 serta mengembangkan layanan bernilai tambah yang menyokong infrastruktur digital nasional. Teddy mengatakan ketersediaan menara telekomunikasi dan infrastruktur digital pendukung tower ini memperkuat konektivitas yang disediakan operator seluler yang berdampak positif terhadap digitalisasi di seluruh sektor.
"Mitratel optimistis pengembangan infrastruktur digital yang digencarkan Mitratel semakin mempercepat transformasi digital dan memudahkan publik mengakses platform digital," ucap Teddy.
Teddy mengatakan anak usaha PT Telkom tersebut memiliki portofolio yang lengkap sebagai perusahaan penyedia layanan infrastruktur digital, yaitu penyewaan menara (tower leasing) dan bisnis lain dalam ekosistem menara atau tower related business. Menurut Teddy, portofolio tower leasing terus menjadi pendorong pertumbuhan perusahaan yang ditopang pendapatan tenant dan kolokasi.
"Tower leasing per Maret 2023 mencatatkan pendapatan senilai Rp 1,73 triliun atau tumbuh sebesar 18,8 persen dibandingkan kuartal pertama 2022," lanjut Teddy.
Teddy memaparkan, portofolio bisnis lain terkait menara di antaranya layanan fiberisasi ke menara, Managed Service, dan project solution. Selain itu Mitratel juga sedang menginisiasi bisnis Power to The Tower, Edge Infra Solution dan Active Equipment Services.
Selama periode kuartal I 2023, Teddy menyampaikan, portofolio bisnis lain terkait menara mencatatkan porsi pendapatan sebesar enam persen di periode tersebut. Selain itu, dari segmen jaringan fiber optic berkontribusi terhadap porsi pendapatan sebesar 2 persen.
"Saat ini Mitratel telah berhasil mengakselerasi kepemilikan jaringan fiber hingga 26 ribu km sebagai hasil ekspansi organik maupun inorganik," ujar Teddy.
Teddy menyebut, Power To The Tower dan Edge Infra Solution merupakan inisiatif bisnis baru yang sedang disiapkan sebagai mesin pertumbuhan baru perusahaan. Mitratel, sambung Teddy, terus meningkatkan komersialisasi layanan selaras dengan program pengembangan layanan jaringan seluler dari MNO.
"Seluruh portofolio kami ini memperkuat kapasitas Mitratel untuk menyediakan infrastruktur digital yang andal dan teruji dalam membelikan layanan terbaik kepada pelanggan kami, yaitu para operator seluler," sambung Teddy.
Teddy menyampaikan model bisnis Power to The Tower ini adalah penyediaan sumber energi baik di site on grid (terkoneksi dengan sumber energi utama) maupun off grid (jaringan yang tidak terhubung ke listrik PLN).
Dampak tersedianya infrastruktur digital, Teddy mencontohkan, ketersediaan menara telekomunikasi dan fiberisasi mendorong terjadinya akselerasi digitalisasi yang memudahkan publik mengadopsi solusi digital termutakhir sehingga dapat mendorong peningkatan aktivitas, produktivitas ekonomi nasional.
"Dalam hal ini Mitratrel akan berupaya memberikan kontribusi maksimal untuk pengembangan transformasi digital di Indonesia," kata Teddy.