Senin 15 May 2023 17:35 WIB

Daftar Kebijakan Ekonomi Kontroversial Erdogan

Erdogan bertekad memperpanjang kekuasaannya dalam pemilihan presiden.

Rep: Novita Intan/ Red: Lida Puspaningtyas
 Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (kanan) dan istrinya Emine memberi isyarat kepada para pendukungnya di markas partai, di Ankara, Turki, Senin dini hari, (15/5/2023). Erdogan yang telah memerintah negaranya dengan cengkeraman yang semakin kokoh selama 20 tahun, adalah terkunci dalam perlombaan pemilihan yang ketat pada hari Minggu, dengan kemungkinan menang atau kalah melawan penantang utamanya saat suara terakhir dihitung.
Foto:

Sebelum Agbal, Erdogan sudah mengganti empat gubernur bank sentral. Kebijakan itu diyakini melukai kredibilitas moneter Turki. Erdogan mengutip ajaran Islam guna membenarkan keputusannya tidak menaikkan suku bunga demi menstabilkan mata uang.

Tak hanya itu, pada Januari 2022, Erdogan mengganti kepala badan statistik Turki karena dirinya tidak senang dengan laporan inflasi yang disampaikan oleh badan statistik tersebut.

Pemimpin Turki itu juga menolak gagasan bahwa inflasi harus diperangi dengan menaikkan suku bunga utama, yang diyakini menyebabkan harga tumbuh lebih tinggi, kebalikan dari pemikiran ekonomi konvensional.

Namun kebijakan tersebut justru memicu pasar modal juga ikut kena getah pemecatan ini. Bursa Efek Istanbul sementara waktu menghentikan perdagangan setelah indeks utamanya turun hampir sembilan persen.

Aksi ini ikut memukul bank-bank Eropa dengan eksposur aset Turki, termasuk BBVA Spanyol (BBAR) dan pemberi pinjaman Belanda ING. Tindakan ini juga menempatkan kurs mata uang Lira terjun bebas, bahkan yang terburuk dalam satu hari terhadap dolar AS dalam tiga tahun ini.

Market menyambut khawatir tindakan pemimpin Turki ini. Terakhir kurs mata uang Lira mengalami koreksi tajam dalam satu hari saat krisis mata uang pada 2018, yang menyebabkan hampir setengah nilainya terhadap dolar AS.

 

Bermain di sektor permintaan

Pengaruh kurs Lira juga menyebabkan laju inflasi Turki yang meroket gila-gilaan hingga 61,14 persen pada Maret 2022. Inflasi ini merupakan yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement