REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan Selasa (2/5/2023). Setelah sempat menguat tipis di awal perdagangan, IHSG langsung berbalik arah dan ditutup terkoreksi ke level 6.814,34 atau melemah 0,76 persen.
Penurunan IHSG terjadi di tengah menguatnya mayoritas indeks saham di Asia. Indeks Nikkei 225, Hang Seng dan Strait Times kompak ditutup naik. Sementara indeks Shanghai Composite tidak mengalami perubahan.
Pelemahan IHSG disebabkan jatuhnya saham-saham blue chip terutama di sektor energi. PTBA terpangkas hingga lebih dari enam persen, sementara INDY dan dan ADMR jatuh lebih dari lima persen. Kemudian ITMG dan ADRO terkoreksi lebih dari empat persen.
Dari eksternal, Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan, investor mempertahankan fokus perhatian pada krisis perbankan di AS. Investor juga mencermati perilisan sejumlah data ekonomi dan pertemuan bank sentral di AS dan Eropa pekan ini.
Bank sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) secara tak terduga menaikkan suku bunga acuan. "Hal ini memperkuat spekulasi pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut juga akan terjadi di AS dan Eropa," kata Phillip Sekuritas Indonesia, Selasa (2/5/2023).
Pada saat sebagian besar pengamat ekonomi memprediksi jeda, RBA menaikkan suku bunga acuan cash rate sebesar 25 bps menjadi 3,85 persen. RBA menilai tingkat inflasi masih terlalu tinggi dan memandang pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut masih diperlukan.
Sementara itu, bank sentral AS Federal Reserve diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Bank sentral Eropa (ECB) juga berpotensi memberi pasar kejutan dengan kenaikan suku bunga sebesar 50 bps pada hari Kamis.
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi ekonomi Asia, namun memperingatkan risiko dari inflasi yang masih tinggi serta volatilitas pasar finansial global yang dipicu oleh krisis perbankan di dunai barat.
Ekonomi Asia diproyeksikan ekspansi 4,6 persen tahun ini, setelah tumbuh 3,8 persen di tahun 2022. Cina dan India akan menjadi mesin pendorong dengan pertumbuhan masing-masing 5,2 persen dan 5,9 persen.