Selasa 28 Mar 2023 07:49 WIB

OJK Minta Bank Perkuat Manajemen Risiko

Ini dilakukan melalui stress testi dan pemantauan portofolio aset dan liabilitas.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beraktivitas di ruang layanan Konsumen Kantor OJK, Jakarta, Senin (23/10). OJK meminta perbankan Indonesia terus memperkuat penerapan tata kelola, manajemen risiko, dan prinsip kehati-hatian.
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beraktivitas di ruang layanan Konsumen Kantor OJK, Jakarta, Senin (23/10). OJK meminta perbankan Indonesia terus memperkuat penerapan tata kelola, manajemen risiko, dan prinsip kehati-hatian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae menghadiri pertemuan Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) pada 22-23 Maret 2023 di Hong Kong yang membahas perkembangan terkini kondisi perbankan global karena sedang mengalami tekanan. Sejalan dengan arah BCBS, Dian meminta perbankan Indonesia terus memperkuat penerapan tata kelola, manajemen risiko, dan prinsip kehati-hatian.

"Ini dilakukan dengan melakukan stress testing dan pemantauan terhadap portofolio aset dan liabilitas bank termasuk risiko konsentrasi pada pinjaman dan pendanaan," kata Dian dalam pernyataan tertulisnya, Senin (27/3/2023).

Baca Juga

Dian mencermati saat ini aset perbankan juga terjaga pada komposisi yang proporsional dengan komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang didominasi oleh current account and saving account (CASA) atau dana murah yang semakin meningkat. Dengan begitu menurutnya tidak sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

Dalam menyikapi kasus Sillicon Valley Bank (SVB) dan efek rembetannya, Dian menegaskan, dampaknya minimal pada industri perbankan Indonesia. meskipun begitu, Dian mengatakan prinsip-prinsip dasar kehati-hatian harus terus menjadi perhatian perbankan Indonesia.

"Rasio kecukupan modal dan ketersediaan likuiditas pada aset yang berkualitas tinggi harus tetap dijaga," ujar Dian.

Dian menambahkan, praktik-praktik excessive risk taking behaviour yang spekulatif harus dihindari. Selain itu, untuk juga harus menguji ketahanan perbankan secara regular dan melakukan stress test pada berbagai skenario.

"Sepanjang prinsip kehati-hatian dan praktek-praktek perbankan yang sehat terus dijaga, perbankan Indonesia akan tetap resilien dan akan terus bertumbuh dengan sehat sebagaimana kondisi saat ini," ungkap Dian.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement