Senin 27 Mar 2023 11:06 WIB

Rupiah Melemah Seiring Kekhawatiran Terhadap Krisis Perbankan

Kasus Deutsche Bank menambah kekhawatiran krisis perbankan berpotensi meluas.

Teller memegang mata uang Dolar AS dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang, Jakarta, Rabu (6/7/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Senin (27/3/2023) melemah seiring kekhawatiran pasar terhadap meluasnya krisis perbankan.
Foto: ANTARA/Subur Atmamihardja
Teller memegang mata uang Dolar AS dan Rupiah di sebuah tempat penukaran uang, Jakarta, Rabu (6/7/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Senin (27/3/2023) melemah seiring kekhawatiran pasar terhadap meluasnya krisis perbankan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Senin (27/3/2023) melemah seiring kekhawatiran pasar terhadap meluasnya krisis perbankan.

Rupiah pada Senin pagi dibuka turun 30 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.183 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.153 per dolar AS.

Baca Juga

"Nilai tukar rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini karena kekhawatiran pasar terhadap meluasnya krisis perbankan," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra, dilansir Antara.

Ariston menuturkan kabar tentang naiknya biaya credit default swap salah satu bank besar Eropa, Deutsche Bank, karena kekhawatiran gagal bayar di tengah krisis perbankan dan laporan terkait penarikan deposit oleh nasabah di bank-bank kecil Amerika Serikat (AS) menambah kekhawatiran krisis perbankan masih berpotensi meluas. Menurut dia, hal tersebut bisa mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman lagi sehingga dapat membebani rupiah.

Kekhawatiran atas potensi penularan di luar bank regional yang mengancam untuk menyebar ke rekan-rekan mereka yang lebih besar dipicu oleh aksi jual saham bank Eropa. Aksi jual itu didorong oleh meningkatnya biaya untuk mengasuransikan utang Deutsche Bank, yang ditunjukkan oleh credit default swaps, yang muncul setelah pembelian Credit Suisse yang disponsori negara, telah masuk ke dalam narasi tekanan di seluruh sektor.

Saham perbankan global telah terpukul sepanjang bulan setelah keruntuhan mendadak dua pemberi pinjaman AS dan penyelamatan bank Swiss Credit Suisse yang kesulitan pekan lalu, dengan pihak berwenang turun tangan untuk meredakan kegelisahan investor.

Selain itu, Ariston menuturkan penguatan rupiah terhadap dolar AS yang dalam pada perdagangan Jumat (24/3/2023) di tengah kekhawatiran pasar, memunculkan peluang koreksi. Di sisi lain, ekspektasi bahwa The Fed tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga acuannya tahun ini karena krisis perbankan di AS masih membantu mendongkrak nilai tukar lain terhadap dolar AS, sehingga jika kekhawatiran tentang krisis itu mereda, dolar AS bisa tertekan lagi.

Ariston memproyeksikan peluang tekanan rupiah ke arah Rp 15.200 per dolar AS, dengan potensi tertahan di kisaran Rp 15.100 per dolar AS.

Rupiah pada Jumat (24/3) ditutup naik 192 poin atau 1,25 persen ke posisi Rp 15.153 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.345 per dolar AS.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement