REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDM) akan melatih sekitar 500 prajurit TNI Bintara Pembina Desa (Babinsa) untuk mendampingi petani di desa. Kepala BBPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, pelatihan para TNI akan ikut menjadi bagian dari Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh yang akan digelar secara hybrid mulai Kamis (16/3/2023) di Balai Prajurit M Jusuf, Makassar, Sulawesi Selatan.
"(Prajurit) yang dilatih berasal dari Makodam Hasanuddin Makassar, kebetulan pembukaan Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh akan dilakukan di sana. Tentu ini dalam rangka peningkatan kapasitas TNI Babinsa untuk pembangunan pertanian," kata Dedi dalam konferensi pers di Bogor, Senin (13/3/2023).
Ia mengatakan, pendampingan petani oleh TNI Babinsa sudah sejak lama dilakukan. Namun, para Babinsa perlu mendapatkan pelatihan lebih intensif agar pendampingan yang dilakukan kepada para petani dapat membuahkan hasil optimal.
Kementan, lanjut Dedi, juga sudah memiliki kerja sama khusus untuk mendukung pelaksanaan budidaya padi dan jagung. TNI bersama Kementan akan bekerja sama untuk ikut melakukan pendampingan pembangunan pertanian di daerah-daerah sentra pertanian.
"Jadi luar biasa peran TNI, tidak hanya pendampingan biasa tapi sudah seperti penyuluh. Bahkan, banyak Dandim (Komandan Distrik Militer) lebih pintar dari penyuluh pertanian," kata Dedi.
Seperti diketahui, Kementan kembali membuka Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh yang akan dimulai dari pekan ini. Total kuota yang disiapkan sebanyak 1,8 juta petani dan penyuluh dari seluruh Indonesia. Pelatihan dikhususkan melatih petani dan penyuluh menggunakan pupuk organik.
Dedi mengatakan, hingga saat ini sudah terdapat lebih dari 1,2 juta orang yang mendaftar. Adapun fokus pelatihan pada penggunaan pupuk organik dipilih untuk merespons persoalan utama petani saat ini. Harga pupuk kimia kian mahal imbas faktor geopolitik Rusia-Ukraina sebagai produsen bahan baku pupuk yang tak kunjung usai.