Senin 13 Mar 2023 17:39 WIB

Kementan Buka Pelatihan Petani dan Penyuluh, Kuota 1,8 Juta Orang

Total kuota yang disiapkan sebanyak 1,8 juta petani dan penyuluh.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Seorang petani di Desa Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah sedang mengumpulkan gabah hasil panen dari sawah yang digarapnya, Senin (27/2).
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Seorang petani di Desa Boto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah sedang mengumpulkan gabah hasil panen dari sawah yang digarapnya, Senin (27/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kementerian Pertanian (Kementan) kembali membuka pelatihan sejuta petani dan penyuluh dimulai dari pekan ini. Total kuota yang disiapkan sebanyak 1,8 juta petani dan penyuluh dari seluruh Indonesia. Pelatihan dikhususkan untuk melatih petani dan penyuluh menggunakan pupuk organik.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, pelatihan akan dibuka pada Kamis (16/3/2023) secara hybrid dari Balai Prajurit M Jusuf, Makassar Sulawesi Selatan oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.

Baca Juga

"Pelatihan kali ini adalah yang kelima kali. Dari pengalaman kita, setiap pelatihan tidak kurang dari 1,6 juta peserta yang bergabung. Saat ini petani dan penyuluh yang sudah mendaftarkan diri sudah lebih dari 1,2 juta orang dari target 1,8 juta orang," kata Dedi dalam konferensi pers di Bogor, Senin (13/3/2023).

Dedi menyebut, total petani dan penyuluh yang ikut dalam berbagai pelatihan BPPSDMP Kementan sejak dua tahun lalu mencapai 10,2 juta orang, terdiri dari petani milenial, petani berusia tua, hingga penyuluh.

Ia menyebut, dengan dibukanya kembali pelatihan kali ini, total peserta setidaknya sudah mencapai lebih dari 11,4 juta orang. "Ini adalah total dari berbagai pelatihan yang kita lakukan baik secara offline maupun online sampai dengan Februari 2023. Semua peserta bisa berpartisipasi secara aktif," kata Dedi.

Lebih lanjut, Dedi menyampaikan, pelatihan yang akan digelar tersebut akan fokus membahas penggunaan pupuk organik, pupuk hayati, serta pupuk kimia secara berimbang.

Ia menekankan, penggunaan pupuk organik dan hayati dapat menjadi alternatif bagi petani saat ini yang dihadapi persoalan tingginya harga pupuk kimia. Melalui penggunaan pupuk organik dan hayati, ketergantungan terhadap pupuk kimia bisa dikurangi.

"Pupuk organi dan hayati bisa dibikin sendiri oleh petani lalu dikombinasikan dengan pemanfaatan pupuk kimia seperlunya. Jangan berlebih karena bisa timbulkan penyakit dan buang-buang duit. Inilah yang disebut gerakan petani proorganik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement