Senin 20 Feb 2023 11:17 WIB

BI: Surplus Transaksi Berjalan Mencapai 1,3 Persen dari PDB

Transaksi berjalan kembali mencatat surplus.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Refleksi layar yang menampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, transaksi berjalan kembali mencatat surplus sebesar 4,3 miliar dolar AS atau 1,3 persen dari PDB.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Refleksi layar yang menampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, transaksi berjalan kembali mencatat surplus sebesar 4,3 miliar dolar AS atau 1,3 persen dari PDB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melaporkan transaksi berjalan kembali mencatat surplus yang didukung dengan surplus neraca perdagangan barang yang tetap tinggi. Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, transaksi berjalan kembali mencatat surplus sebesar 4,3 miliar dolar AS atau 1,3 persen dari PDB.

"Ini melanjutkan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 4,5 miliar dolar AS atau 1,3 persen dari PDB," kata Erwin dalam pernyataan tertulisnya, Senin (20/2/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, kinerja transaksi berjalan tersebut bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas yang terjaga. Hal tersebut dikarenakan harga komoditas ekspor yang tetap tinggi.

Selain itu, Erwin menuturkan, defisit neraca perdagangan migas menurun seiring dengan tren penurunan harga minyak dunia di tengah kecenderungan peningkatan kebutuhan bahan bakar pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru. Defisit neraca jasa membaik ditopang kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebagai dampak positif penyelenggaraan berbagai event internasional selama periode laporan dan pola musiman akhir tahun.

Dia menambahkan, surplus transaksi berjalan juga ditopang oleh peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder. "Ini bersumber dari kenaikan penerimaan hibah pemerintah," ujar Erwin.

Sementara itu, BI melaporkan defisit neraca pendapatan primer meningkat. Erwin mengatakan, hal tersebut dipengaruhi oleh pembayaran imbal hasil investasi kepada investor asing yang meningkat sejalan dengan siklus bisnis dan tren kenaikan suku bunga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement