Sabtu 18 Feb 2023 08:49 WIB

Bank Sentral Rusia: Penurunan Rubel Dorong Inflasi Lebih Tinggi

Penurunan pendapatan dari penjualan minyak dan gas memukul rubel

Simbol mata uang rubel Rusia terlihat di trotoar di samping kantor Bank Lanta di Moskow, Rusia, 16 Agustus 2017.
Foto: EPA/MAXIM SHIPENKOV
Simbol mata uang rubel Rusia terlihat di trotoar di samping kantor Bank Lanta di Moskow, Rusia, 16 Agustus 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Bank sentral Rusia mengatakan pada Jumat (17/2/2023) bahwa tekanan inflasi di seluruh komponen ekonomi tetap kuat selama dua minggu pertama Februari. Penurunan dalam rubel juga sebagai faktor.

Rusia mencatat inflasi sebesar 11,8 persen secara tahunan pada Januari, hampir tiga kali lipat dari target resmi bank sentral sebesar 4,0 persen. Bank mengisyaratkan minggu lalu sedang bersiap untuk menaikkan suku bunga dasar untuk mendinginkan inflasi.

Baca Juga

"Data operasional untuk dua minggu pertama Februari menunjukkan kecenderungan peningkatan tekanan harga terus berlanjut," kata bank tersebut pada Jumat (17/2/2023) dalam sebuah laporan.

Harga-harga di seluruh Rusia sangat fluktuatif pada tahun sejak Rusia menginvasi Ukraina - dengan periode inflasi yang cepat menyusul pengenaan sanksi Barat. Kondisi ini diikuti oleh deflasi selama berbulan-bulan karena kontrol modal mendorong rubel lebih tinggi.

Tetapi penurunan pendapatan dari penjualan minyak dan gas yang penting kembali memukul mata uang Rusia tahun ini. Rubel telah jatuh 16 persen sejak awal Desember, ketika embargo Uni Eropa dan batasan harga negara G7 pada penjualan minyak mentah Rusia mulai berlaku.

"Nilai tukar telah mempengaruhi (harga) produk yang paling bergantung pada impor pada Januari, dan jika rubel tetap pada level saat ini, ini akan terus memiliki efek pro-inflasi dalam beberapa bulan mendatang," kata analis bank tersebut dalam laporan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement