REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Inflasi Rusia melonjak ke level tertinggi sejak 2002 karena sanksi internasional yang dijatuhkan. Sanksi tersebut dilakukan karena invasi Vladimir Putin ke Ukraina sehingga menekan harga dan mengganggu rantai pasokan.
Dikutip dari Bloomberg, Jumat (13/5/2022), Federal Statistics Service mengungkapkan kenaikan harga pada April 2022 mencapai 17,8 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Angka tersebut tepat di bawah perkiraan analis sebesar 18 persen sesusai l survei Bloomberg terhadap 16 ekonom. Bahkan untuk produk seperti bahan bakar kenaikan harganya tinggi hingga 20,4 persen.
Bank of Russia mengatakan ketika inflasi disesuaikan dengan faktor musiman, hal tersebut dikarenakan rubel telah memulihkan kerugian awalnya terhadap dolar. Kondisi tersebut membuat kepanikan pembelian yang diikuti dengan sanksi internasional.
Bank sentral juga mulai melonggarkan kenaikan suku bunga darurat yang diberlakukan segera setelah invasi. Upaya tersebut meredakan kondisi kredit karena ekonomi menuju kepada apa yang mungkin menjadi kontraksi terdalam sejak 1990.
Ekonomi Locko-Invest di Moskow, Dmitry Polevoy mengatakan pertumbuhan harga mungkin tetap tinggi sepanjang sisa tahun ini. “Puncak dalam hal tahunan sekitar 20 persen mungkin di musim panas. Risiko tetap ada dari harga produsen dan kekurangan setelah persediaan habis,” ungkap Polevoy.