REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Rofikoh Rokhim mengatakan penerapan pembiayaan rantai pasok dapat memperluas akses kredit atau pembiayaan bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sehingga ini dapat meningkatkan produktivitas UMKM ke depan.
"Pembiayaan rantai pasok pada dasarnya adalah jenis kredit yang menyediakan pinjaman jangka pendek sehingga dapat mengoptimalkan pengelolaan arus kas," kata Rofikoh dalam Seminar "Perluasan Akses Pembiayaan kepada UMKM melalui Skema Rantai Pasok guna Mendorong Pembiayaan yang Inklusif dan Seimbang yang dipantau virtual di Jakarta, Jumat (17/2/2023).
Pada kesempatan itu, dilakukan peluncuran Buku Kajian Model Bisnis Multichannel Financing oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni P Joewono.
Dalam seminar itu, Rofikoh menuturkan skema rantai pasok merupakan salah satu model pembiayaan bagi UMKM. Penyedia layanan keuangan misalnya bank, menyediakan fasilitas pembiayaan kepada pemasok baik sebagai distributor, agen maupun retailer sebelum tanggal jatuh tempo faktor.
Menurut data Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) tahun 2020, posisi kredit UMKM di Indonesia sebesar 20,43 persen dari total kredit perbankan, lebih kecil dibandingkan Malaysia yang mencapai 44,82 persen. Sedangkan hasil survei kinerja UMKM yang dilakukan Bank Indonesia pada 2022 mengungkapkan bahwa UMKM masih memerlukan bantuan terkait akses pasar ekspor dan permodalan.
Sekitar 21 persen UMKM mengharapkan adanya bantuan kebijakan terkait permodalan khususnya pembiayaan tenor jangka pendek dan sekitar 15,2 persen UMKM mengharapkan adanya bantuan kebijakan khusus dalam mengakses pasar global untuk ekspor produknya.
Melalui skema pembiayaan rantai pasok, pemasok dapat memperoleh pembayaran lebih awal tanpa mengganggu arus kas dan pembeli dapat menerima barang atau jasa yang dibutuhkan.
Di sisi lain, pembeli dapat membayarkan faktur penjualan pada tanggal jatuh tempo faktur kepada penyedia layanan keuangan.
Rofikoh mengatakan kunci keberhasilan UMKM untuk dapat menggunakan fasilitas pembiayaan rantai pasok adalah dengan adanya sinergi antara perusahaan besar (principal/anchor), lembaga keuangan, kementerian/lembaga terkait dan perusahaan pendukung lainnya seperti perusahaan asuransi dan perusahaan konsultasi usaha UMKM.
Idealnya pembiayaan rantai pasok menggunakan platform berbasis teknologi informasi yang bisa mengintegrasikan data antara supplier, penyedia dana dan perusahaan besar (principal/anchor), sehingga proses onboarding dan monitor kinerja peminjam bisa dilakukan secara otomatisasi.
Selain itu, dengan berkembangnya financial technology (Fintech), UMKM memiliki opsi untuk menggunakan fasilitas pembiayaan rantai pasok yang mana dalam operasionalisasinya sudah hampir sepenuhnya dilakukan dalam jaringan dengan waktu proses yang tidak lama dan suku bunga yang kompetitif.
Model kerja sama antara bank dan Fintech dalam penyaluran kredit rantai pasok memungkinkan bagi bank untuk menjangkau lebih banyak UMKM.