Kamis 19 Jan 2023 11:52 WIB

Penjualan Ritel AS Anjlok Drastis dalam Setahun

Output manufaktur mencatat penurunan terbesar dalam hampir dua tahun.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Warga AS berbelanja di sebuah supermarket di Miami Utara, Florida, Amerika Serikat. Penjualan ritel Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan paling tajam dalam setahun pada Desember lalu.
Foto: AP Photo/Marta Lavandier
Warga AS berbelanja di sebuah supermarket di Miami Utara, Florida, Amerika Serikat. Penjualan ritel Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan paling tajam dalam setahun pada Desember lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penjualan ritel Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan paling tajam dalam setahun pada Desember lalu. Hal ini terlihat dari penurunan pembelian kendaraan bermotor dan berbagai barang lainnya yang menempatkan belanja konsumen dan ekonomi secara keseluruhan pada jalur pertumbuhan yang lebih lemah memasuki 2023.

Dalam laporan terpisah yang dirilis Rabu (18/1/2023) menunjukkan, output manufaktur mencatat penurunan terbesar dalam hampir dua tahun pada Desember. Sementara harga produsen mengalami penurunan terbesar sejak awal pandemi.

Baca Juga

Tanda-tanda yang meluas dari melemahnya permintaan dan meredanya inflasi kemungkinan akan mendorong Federal Reserve lebih mengurangi laju kenaikan suku bunga bulan depan, tetapi tidak menghentikan pengetatan kebijakan moneter dalam waktu dekat karena pasar tenaga kerja tetap ketat. Bank sentral AS terlibat dalam siklus kenaikan suku bunga tercepat sejak 1980-an.

"Konsumen cenderung melakukan penghematan selama masa ketidakpastian ekonomi. Lintasan ekonomi melemah dan risiko resesi meningkat untuk 2023," ujar kata Jeffrey Roach, kepala ekonom di LPL Financial di Charlotte, North Carolina, dikutip dari Reuters pada Kamis (19/1/2023).

Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS, penjualan ritel anjlok 1,1 persen pada bulan lalu atau penurunan terbesar sejak Desember 2021. Sementara data untuk November direvisi untuk menunjukkan penurunan penjualan 1,0 persen, bukan 0,6 persen seperti yang dilaporkan sebelumnya. 

Penurunan penjualan pada Desember kemungkinan sebagian disebabkan penurunan harga barang selama bulan tersebut. Belanja liburan juga ditarik ke Oktober karena konsumen yang lelah dengan inflasi memanfaatkan diskon yang ditawarkan.

"Cuaca dingin di bulan Desember kemungkinan akan menurunkan penjualan di restoran dan bar. Harga bensin yang lebih rendah, yang berdampak pada penerimaan di bengkel, juga membantu menurunkan penjualan. Selain itu, pengeluaran dialihkan kembali ke layanan," tulis laporan tersebut.

The Fed tahun lalu menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 425 basis poin dari mendekati nol menjadi kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen atau tertinggi sejak akhir 2007. Pada Desember, The Fed memproyeksikan setidaknya kenaikan tambahan 75 basis poin dalam biaya pinjaman pada akhir tahun. Pasar keuangan memperkirakan kenaikan sukT bunga 25 basis poin saat pertemuan The Fed.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement