Rabu 18 Jan 2023 05:05 WIB

Bukan Main, Bahlil Incar Investasi Rp 8.200 Triliun dari Hilirisasi

Bahlil mengatakan, pihaknya tengah menyasar investasi senilai 545,3 miliar dolar AS.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia. Bahlil Lahadalia mengatakan, pihaknya tengah menyasar investasi senilai 545,3 miliar dolar AS (setara Rp 8.200 triliun dengan kurs Rp 15.200 per dolar AS) dari hilirisasi di sejumlah sektor prioritas.
Foto: Prayogi/Republika
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia. Bahlil Lahadalia mengatakan, pihaknya tengah menyasar investasi senilai 545,3 miliar dolar AS (setara Rp 8.200 triliun dengan kurs Rp 15.200 per dolar AS) dari hilirisasi di sejumlah sektor prioritas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pihaknya tengah menyasar investasi senilai 545,3 miliar dolar AS (setara Rp 8.200 triliun dengan kurs Rp 15.200 per dolar AS) dari hilirisasi di sejumlah sektor prioritas.

Dalam konferensi pers "Hilirisasi Kunci Investasi dan Tantangan Investasi 2023" yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa, Bahlil mengatakan, pihaknya telah menyusun Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis Indonesia 2023-2035, yang meliputi delapan sektor yang memuat produk prioritas hilirisasi dari 21 komoditas.

Baca Juga

"Total investasinya yang kalau kita bisa capai ke depan itu sebesar 545,3 miliar dolar AS. Ini angka yang tidak sedikit, ini angka fantastis, tapi ini adalah salah satu syarat untuk negara kita bisa lepas dari negara berkembang menjadi negara maju," katanya dalam konferensi pers di sela World Economic Forum (WEF) 2023 di Davos, Swiss, Selasa (17/1/2023).

Delapan sektor yang dimaksud meliputi sektor mineral, batu bara, minyak bumi, gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan. Potensi investasi hilirisasi di sektor mineral dan batu bara sebesar 427,1 miliar dolar AS, minyak dan gas bumi sebesar 67,6 miliar dolar AS, serta perkebunan, perikanan, kelautan, dan kehutanan sebesar 50,6 miliar dolar AS.

"Hal ini perlu kami sampaikan bahwa selama ini hilirisasi kita cuma berbicara tentang nikel. Saya pikir kita tidak lagi hanya fokus pada satu komoditas," katanya.

Hilirisasi di nikel mencatatkan peningkatan kinerja ekspor yang signifikan karena sepanjang 2017-2018, ekspor nikel hanya sekitar 3,3 miliar dolar AS. Namun, angkanya meroket menjadi 20,9 miliar dolar AS pada 2021.

"Itu baru satu komoditas, maka kemudian itu berdampak pada peningkatan pajak, pada peningkatan competitiveness (daya saing) kita dan neraca perdagangan," katanya.

Bahlil pun menegaskan hilirisasi yang tengah gencar dilakukan pemerintah Indonesia tidak hanya berhenti di komoditas nikel saja. "Kami tidak ingin berakhir di nikel, karena apa? Sumber daya alam kita banyak. Maka kita breakdown dengan peluang-peluang peta investasi yang ada, kita breakdown ke dalam 21 komoditas," katanya.

Bahlil menuturkan, investasi di bidang hilirisasi merupakan jalan Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar bisa keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah. Ia meyakini potensi investasi dari hilirisasi di sektor strategis itu akan menciptakan lapangan kerja yang masif dan meningkatkan upah yang berkualitas.

"Pendapatan per kapita kita sekarang cuma 4.500 dolar AS. Untuk jadi negara maju minimal harus 10 ribu dolar AS. Kita tidak bisa lagi dengan cara tenaga kerja upahnya cuma Rp 5 juta-Rp 6 juta. Di sisi lain, skill kita, anak muda kita, harus ditingkatkan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement