REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung bergerak pesimistis pada awal 2023. Secara year-to-date (ytd), IHSG sudah terpangkas lebih dari tiga persen ke level 6.570, terendah hingga Selasa (10/1/2203).
Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, melihat koreksi yang terjadi dua pekan terakhir disebabkan adanya rotasi investor ke pasar China. Menurut Adrian, hal tersebut wajar karena valuasi indeks saham di China jauh lebih murah.
"Untuk harga saat ini, valuasi IHSG sudah 13 kali sedangkan China 11 kali," kata Adrian, Selasa (10/1/2023).
Di samping itu, pertumbuhan ekonomi China sekarang sedang mengalami akselerasi sejak China membuka kembali perbatasannya untuk pengunjung internasional. Indonesia sudah melewati masa itu lebih dulu.
Meski demikian, Mandiri Sekuritas optimistis IHSG masih memiliki energi untuk rebound ke level 7.510 pada tahun ini. Walaupun masih ada tekanan dari global, Adrian melihat beberapa saham sudah mulai menarik.
Setelah mengalami koreksi yang cukup dalam, valuasi IHSG saat ini tergolong cukup menarik. Adrian melihat, kinerja IHSG masih akan didukung fundamental yang kuat.
Untuk tahun ini, Mandiri Sekuritas memilih fast moving consumer goods (FMCG), semen, dan peternakan sebagai sektor unggulan. "Ketiga sektor ini return-nya sudah cukup baik meski IHSG mengalami penurunan. Ini menjadi unggulan kami saat harga komoditas turun," kata Adrian.