Senin 09 Jan 2023 21:30 WIB

Gubernur The Fed Disebut Bisa Hentikan Konflik Rusia-Ukraina

Bila The Fed menaikkan suku bunga, negara berkembang akan menyelamatkan ekonominya.

Gedung Federal Reserve di AS. Kepala Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) Edhie Purnawan mengatakan Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell merupakan salah satu orang yang bisa menyelesaikan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Foto: Reuters/VOA
Gedung Federal Reserve di AS. Kepala Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) Edhie Purnawan mengatakan Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell merupakan salah satu orang yang bisa menyelesaikan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI) Edhie Purnawan mengatakan Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell merupakan salah satu orang yang bisa menyelesaikan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga The Fed.

"Tidak hanya kekuatan-kekuatan politik yang bisa menghentikan perang Ukraina-Rusia, tetapi juga kekuatan ekonomi dan finansial. Beberapa pendapat menyatakan orang yang bisa menghentikan perang Rusia dan Ukraina itu bukan Putin, bukan Zelenskyy, bukan Joe Biden, apalagi Sekjen NATO, tapi yang bisa menghentikan itu Jerome Powell," kata Edhie dalam forum Economic Outlook 2023 oleh Himpunan Pengusaha Kahmi (HIPKA) di Jakarta, Senin (9/1/2023).

Baca Juga

Alasannya, dia menjelaskan apabila bos bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut kembali menaikkan suku bunga acuannya pada tahun 2023, maka akan menyebabkan beban suku bunga terus membengkak. Sehingga, negara-negara yang berkonflik harus fokus menyelamatkan ekonomi ketimbang melanjutkan perang.

Menurut dia, Jerome Powell memiliki kecenderungan masih akan menaikkan suku bunga acuan The Fed pada tahun 2023, meskipun tidak akan seagresif tahun 2022 lalu yang tercatat menaikkan hingga 425 basis poin.

"Katakanlah, misalnya sama 425 basis poin (seperti 2022), maka bebannya akan dua kali lipat untuk 2023, kira- kira sekitar 1,5 sampai 2 triliun dolar AS, pasti akan ada negosiasi di antara investor-investor besar dunia untuk menyelesaikan persoalan itu," kata Edhie.

Di sisi lain, dia optimistis konflik antara Rusia dan Ukraina akan segera pulih, terlihat dari mulai surutnya perseteruan, ditambah, membaiknya inflasi di negara-negara besar, sehingga juga akan berdampak positif terhadap perekonomian global, termasuk Tanah Air.

"Ditambah lagi Putin, dia akan melakukan renegosiasi dengan Zelensky, melihat peluang untuk hentikan perang itu," kata Edhie.

Menurut dia, berhentinya konflik antara kedua negara tersebut akan memberikan keuntungan bagi negara- negara lain. "Kita lihat di 2023. Kalau itu bisa dilakukan, saya kira itu very possible untuk dilakukan (konflik berhenti). Maka kita melihat tensionnya akan melandai, inflasi juga melandai, maka akan menjadi windfall untuk negara- negara lain," kata Edhie.

Selain itu, Edhie pun mempercayai prediksi ekonom-ekonom dunia yang menyebut bahwa inflasi di tingkat global akan mulai melandai pada semester II tahun 2023. "Dugaan beberapa ekonom internasional kira- kira second quarter 2023 inflasi akan semakin turun, dan itu anugerah untuk Indonesia," kata Edhie.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement