REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi. Kebijakan itu berlaku mulai Januari 2023.
Meski begitu, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menilai, penurunan BBM tersebut belum memengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. "Penurunan harga BBM saat ini kan belum jadi jaminan sepanjang 2023 tidak ada gejolak harga BBM," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (4/1/2023).
Ia menjelaskan, turunnya harga BBM itu belum mengubah proyeksi perekonomian 2023. Sebelumnya Piter juga mengatakan, tahun ini inflasi akan tetap tinggi.
Faktor utama yang harus diwaspadai, kata dia, yaitu energi dan pangan. "Sementara pasokan global masih terganggu oleh gejolak geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina. Hanya saja saya perkirakan inflasi tidak akan lebih tinggi dibandingkan inflasi 2022," tuturnya.
Seperti diketahui, mulai Januari 2023 harga Pertamax turun menjadi Rp 12.800 per liter. Sebelumnya Rp 13.900 per liter.
Begitu pula untuk jenis Pertamax Turbo. Semula per liternya seharga Rp 15.200, kini Rp 14.050 per liter.
Produk lainnya yang mengalami penurunan harga yaitu Dexlite yang dibanderol Rp 16.150, sebelumnya Rp 18.300 per liter. Harga Pertamina Dex juga dipangkas dari Rp 18.800 menjadi Rp 16.750 per liter.