Kamis 29 Dec 2022 23:12 WIB

Ary Ginanjar: 56 Persen Warga Dunia Anggap Kapitalisme Bawa Dampak Negatif

Ary Ginanjar meminta pelaku bisnis jalankan usaha secara bertanggung jawab

CEO ESQ Group dan Founder ESQ Business School Ary Ginanjar Agustian
Foto:

Pusat dari empat hal tersebut, kata Ary, adalah Conciousness on Higher Purpose and Core Values, atau sebuah kesadaran yang berpusat kepada tujuan luhur dan nilai luhur, atau dengan kata lain ekonomi dan manajemen yang berpusat kepada nilai-nilai spiritualitas. 

Menurut Ary, karena tanpa kesadaran akan makna mulia kehidupan serta nilai-nilai mulia atau spiritulitas, maka para pelaku bisnis hanya akan terus memikirkan kepentingan bisnis masing-masing serta mengabaikan dampak yang mereka berikan terhadap dunia.

Sementara itu, Arie de Geus, kata Ary, dalam bukunya yang berjudul The Living Company menyimpulkan perusahaan-perusahaan yang bertahan hingga seratus tahun ke atas karena ada dua hal yang selalu mereka pegang dan pertahankan dalam menjalankan perusahaan mereka: Core Values (nilai dasar) dan Core Purpose.

“Makanya, tak heran jika presiden meluncurkan Core Values baru yaitu BerAKHLAK (Berorientasi pada pelayanan, Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) bagi seluruh ASN dan juga AKHLAK di berbagai perusahaan BUMN,”ujarnya.

Tujuannya BerAKHLAK itu, kata Ary, bagaimana perusahaan atau organisasi bukan lagi hanya memikirkan permasalahan ekonomi atau profit semata akan tetapi juga membangun jiwa, moral, dan karakter.   Inilah yang menjadi concern  ESQ Leadership Center,  selama ini bagaimana membangun values dan karakter bagi sumber daya manusia khsusnya generasi muda yang kelak akan menjadi para pemimpin, dan para pelaku bisnis. 

“Ini menjadi terasa urgen mengingat profil penduduk Indonesia pada tahun 2030 akan didominasi oleh usia produktif yang akan mencapai 70,72 persen  yang sekarang popular disebut bonus demografi. Sudah satu dasawarsa kami membangun ESQ Business School dengan membentuk  karakter tangguh dengan nilai-nilai luhur, meningkatkan produktivitas, dan memiliki spirit berkontribusi dengan menggunakan   metode SKI (Spiritual, Kreativitas, Intelektual) yang  menggabungkan tiga potensi manusia yaitu  kecerdasan Intelektual (IQ), Emosional  (EQ), dan Spiritual (SQ),” jelasnya 

Penggunaan Metode SKI (spiritual, kreativitas dan intelektual) ini sebut Ary, dapat menumbuhkan dorongan nilai spiritual yang berasal  dari dalam (Why), kemudian sisi kreativitas (How), yaitu dapat memandang ide-ide baru untuk menjawab persoalan dan permasalahan dengan teori-teori yang ada secara  intelektual (What).

“Ini sekaligus menjawab keresahan Shoshana Zuboff, seorang profesor di Harvard Business School dan telah mengajar selama lebih dari dua dasawarsa di program MBA, keruntuhan ekonomi dunia yang terjadi beberapa waktu lalu hingga saat ini, ada hubungannya dengan sistem pendidikan di sekolah bisnis. Ia mengatakan bahwa yang selama ini diajarkan di sekolah-sekolah bisnis telah melahirkan para pelaku bisnis yang tidak lagi dapat dipercaya,”tegasnya.

 

Untuk Ary mengajak semua pihak mengembalikan "Ruh" kemanusiaan bangsa Indonesia dengan membangun karakter dan values sedini mungkin pada generasi muda kita. “Jangan sampai bonus demografi Indonesia yang digadang-gadang akan mendatangkan berkah bagi bangsa malah sebaliknya menjadi musibah, diakibatkan kualitas generasi muda yang bermental lemah,”tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement