REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengaku tengah mencari solusi untuk mengatasi masalah pangan di Indonesia. Terutama untuk menjaga stok di sektor pangan seperti beras. Ia mengatakan, Indonesia harus bisa belajar pada sejumlah negara seperti Qatar dan Arab Saudi yang memiliki stok pangan hingga tiga bulan.
“Kalau bapak pergi ke Dubai, Qatar atau arab saudi atau negara maju, ada stok pangan untuk 2-3 bulan,” kata Mendag dalam sambutan di webinar bertema 'Polemik Impor Beras di Akhir Tahun" yang digelar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia atau ICMI, dalam keterangan, Selasa (27/12/2022).
Zulkifli Hasan (Zulhas) memberikan contoh bahan pangan seperti telur. Mendag Zulhas mengatakan di Indonesia telur yang baru keluar dari ayam langsung dijual pada hari yang sama.
“Kalau permintaannya besok banyak, harganya naik. Kalau permintaannya besok sedikit, harganya turun. Ayam dipotong, dijual pagi. Harganya bagus. Kalau makin siang, harganya turun. Karena kalau tidak laku, ayamnya busuk,” tutur Zulhas.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini menambahkan, hal ini termasuk cabai yang langsung dijual seusai panen. Juga termasuk beras.
“Kalau panen cabai hari ini, dijual hari ini. Kalau besok busuk. Kita tidak ada. Yang ada hanya beras. Itu pun beras, sekarang keadaannya seperti itu. Penduduk kita 270 juta. Lah ini yang saya usul, agar kita benahi,” tegas Mendag Zulhas.
Ia mengakui Indonesia saat ini tidak memiliki rencana stok pangan. Mendag mengusulkan, agar ada sebuah pendingin besar atau cold storage untuk menyimpan bahan pangan minimal satu bulan lamanya.
“Kita usahakan agar kita ada stok pangan. Ada pendingin yang besar itu, cold storage, kita punya stok pangan satu bulan. Kalau tidak bisa satu bulan, ya dua pekan dulu. Dari awal hingga kita punya stok pangan satu bulan setengah,” tutur Ketum PAN.