REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mendorong perusahaan baja asal Korea Selatan Posco untuk mempercepat progres investasi di Indonesia.
Adapun totalnya mencapai 9,8 miliar dolar AS atau Rp 152,88 triliun yang terdiri dari investasi tahap ke-2 Posco bersama PT Krakatau Steel, serta investasi Posco pada konsorsium proyek Grand Package industri baterai listrik terintegrasi.
“Saat ini kita fokus percepat implementasinya. Untuk itu, proses negosiasi dengan pemerintah sebaiknya melibatkan seluruh anggota konsorsium agar bisa diputuskan cukup dengan satu kali rapat,” tegas Bahlil.
Bahlil juga mengapresiasi perkembangan proyek perluasan investasi Posco di Indonesia yaitu produksi baja untuk kerangka kendaraan listrik yang dilakukan oleh PT Krakatau Posco. Bahlil menyampaikan Kementerian Investasi sangat serius dan berkomitmen untuk membantu agar proyek investasi berjalan dengan baik.
“Produksi baja Krakatau Posco bisa menjadi basis bahan baku bagi penetrasi pasar EV (electric vehicle) di Asia Tenggara dan global ke depannya. Apalagi dengan adanya minat perusahaan produsen EV yang akan masuk ke Indonesia seperti Foxconn, misalnya,” ungkap Bahlil.
Pada 28 Juli 2022 lalu, Kementerian Investasi/BKPM dengan PT Krakatau Steel dan Posco di Seoul, Korea Selatan, telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU). Kerja sama tersebut dilakukan dalam rangka fasilitasi rencana perluasan kapasitas produksi dan produksi baja otomotif untuk kendaraan listrik.
Nilai investasi fase ke-2 dari Posco dan Krakatau Steel ini mencapai 3,5 miliar dolar AS atau setara Rp 52,4 triliun, yang akan dimulai pada 2023. Selain itu, kerja sama ini juga dilakukan dalam rangka fasiltiasi rencana proyek pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Presiden Direktur Posco Jeong Tak menjelaskan saat ini telah dilakukan investasi barang modal yang akan menjadi dasar untuk masuk ke pasar EV dan otomotif di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu, Jeong mengharapkan fasilitasi terkait perizinan dan insentif untuk mendukung perkembangan investasi tersebut. Sementara itu, terkait dengan progres konsorsium, Jeong menyatakan masih terdapat negosiasi yang belum selesai dan akan segera diputuskan dalam waktu dekat.
“Kami berterimakasih atas dukungan dari Kementerian Investasi/BKPM. Sekembalinya kami ke Korea nanti, kami akan sampaikan segera kepada seluruh anggota konsorsium terkait perhatian dari Bapak Menteri untuk percepatan progres investasi Grand Package,” ujar Jeong.
Realisasi investasi Korea Selatan di Indonesia sepanjang Januari hingga September 2022 sebesar tercatat 1,67 miliar dolar AS dan berada pada peringkat ke-6 dengan total penyerapan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebesar 83.233 orang. Secara akumulatif sejak 2017 hingga September 2022, tercatat realisasi investasi Korea Selatan di Indonesia mencapai 9,85 milar dolar AS.
Adapun realisasi investasi tersebut didominasi oleh industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain; listrik, gas dan air; industri mesin, elektronik, instrumen kedokteran, peralatan listrik, presisi, optik dan jam; industri barang dari kulit dan alas kaki; dan industri kimia dan farmasi.