REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) menilai sektor pekerja informal merupakan segmen yang potensial digarap bisnis jasa layanan perbankan. Hal ini mengingat jumlahnya besar dan belum mengakses layanan keuangan.
Direktur Distribution & Funding BTN Jasmin mengatakan saat ini perbankan masih banyak yang fokus bisnisnya melayani sektor formal, padahal sektor informal potensinya juga besar. Maka itu, perseroan berupaya melakukan inovasi membuat berbagai skema agar layanan perbankan bisa dinikmati pekerja informal khususnya penyaluran kredit.
“Pembiayaan rumah khususnya rumah subsidi sekitar 93 persen dinikmati oleh sektor informal, sedangkan sektor formal baru tujuh persen. Maka itu, BTN terus mencari skema yang bisa mempermudah pekerja informal bisa menikmati pembiayaan dari BTN,” ujarnya dalam keterbukaan informasi perseroan, Rabu (9/11/2022).
Menurutnya salah satu skema yang ditawarkan pemerintah dan perseroan dalam pembiayaan rumah bagi pekerja informal yakni kredit pemilikan rumah (KPR) bantuan pembiayaan perumahan berbasis tabungan (BP2BT). Adanya produk ini, pekerja informal hanya perlu menabung selama tiga bulan, setelah memenuhi syarat maka mereka bisa mengajukan permohonan KPR BP2BT.
Jasmin menyebut untuk meningkatkan penyaluran KPR BP2BT, perseroan menggandeng Gojek dan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI). Adapun dua entitas ini memiliki komunitas pekerja informal yang luar biasa banyak jumlahnya mencapai jutaan anggota.
Mitra driver Gojek yang memenuhi persyaratan dapat mengajukan permohonan kredit sebanyak 200 ribu orang. Dari jumlah tersebut perseroan menargetkan sekitar 30 persen yang dapat dibiayai oleh KPR BP2BT.
Adapun jumlah pedagang tradisional yang mencapai lebih dari 12 juta juga merupakan pasar potensial bagi perseroan tidak hanya dalam menyalurkan kredit perumahan subsidi tetapi juga kredit UMKM dan kredit usaha rakyat (KUR). “Bagi para pedagang pasar juga bisa menikmati produk Tabungan Bisnis BTN untuk memudahkan transaksi mereka,” ucapnya.
Dia mencontohkan, di Solo potensi ekosistem bisnis pasar yang bisa digarap sangat besar, ada sekitar puluhan ribu pedagang yang bisa dibidik dijadikan nasabah kredit dan tabungan. "BTN melihat potensi KPR di Solo sangat luar biasa, di Solo Raya saja ada 43 pasar tradisional. Rata-rata kita survei belum banyak yang memiliki rumah, bahkan masih kontrak," katanya.
Menurut Jasmin, KPR BP2BT sangat cocok buat segmen bagi pedagang informal, yang bukan memiliki basis penghasilan tetap. "Makanya kita masuk ke pasar Klewer ini, pedagang-pedagang kecil yang belum punya rumah bisa dibiayai dengan KPR BP2BT, uang muka dibantu pemerintah senilai Rp 40 juta. Ini buat pedagang sangat cocok," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri menambahkan pihaknya meminta kegiatan Grebek Pasar BTN dan IKAPPI di Pasar Klewer, Solo, karena jumlah anggota yang dimiliki tiga ribu dan wajib hukumnya pedagang yang belum memiliki rumah harus mendapatkan rumah dengan subsidi pemerintah.
Menurutnya jumlah pedagang pasar di Indonesia yang lebih dari 12 juta orang sebagian besar belum memiliki rumah sendiri. Maka itu, IKAPPI bersama BTN dan Kementerian PUPR telah melakukan Grebeg Pasar ke berbagai daerah untuk mengenalkan produk KPR BP2BT kepada para pedagang tradisional.
“Dengan KPR BP2BT diharapkan para pedagang pasar dapat segera memiliki rumah sendiri. Karena selama ini masih banyak yang ngontrak atau sewa. Lebih baik uang kontrakannya untuk mencicil bayar KPR,” ucapnya.
Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa menambahkan agar para pedagang dapat memanfaatkan fasilitas perumahan subsidi yang diberikan pemerintah. "Kesempatan tidak datang dua kali, maka dari itu ini kesempatan yang baik bagi pedagang pasar dengan kehadiran dari BTN dan Dirjen Kementerian PUPR dalam program satu juta rumah agar bisa dimanfaatkan semaksimalnya," ucapnya.