Rabu 20 Jul 2022 13:13 WIB

Adhi Karya Raih Kontrak Baru Rp 12,2 Triliun, Tumbuh 82 Persen Dibandingkan 2021

Kontrak baru Adhi Karya masih didominasi lini bisnis konstruksi

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sejumlah warga melintas di atas jembatan Noefefan, di Kota Oecusse, Timor Leste yang dibangun Adhi Karya. PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) membukukan pertumbuhan perolehan kontrak baru yang signifikan sepanjang semester pertama tahun ini. Hingga akhir Juni 2022, ADHI telah merealisasikan nilai kontrak baru sebesar Rp 12,2 triliun.
Foto: ANTARA/Kornelis Kaha
Sejumlah warga melintas di atas jembatan Noefefan, di Kota Oecusse, Timor Leste yang dibangun Adhi Karya. PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) membukukan pertumbuhan perolehan kontrak baru yang signifikan sepanjang semester pertama tahun ini. Hingga akhir Juni 2022, ADHI telah merealisasikan nilai kontrak baru sebesar Rp 12,2 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) membukukan pertumbuhan perolehan kontrak baru yang signifikan sepanjang semester pertama tahun ini. Hingga akhir Juni 2022, ADHI telah merealisasikan nilai kontrak baru sebesar Rp 12,2 triliun. 

"Jumlah tersebut naik sebesar 82 persen dibandingkan perolehan kontrak pada Juni 2021 yang lalu sebesar Rp 6,7 triliun," kata Corporate Secretary PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Farid Budiyanto dalam keterangannya dikutip pada Rabu (20/7). 

Beberapa kontrak baru yang didapatkan ADHI di Bulan Juni 2022 diantaranya proyek Pelebaran Jalan Tol Tangerang Merak, Bendungan Janaleta di Gowa, Gedung Presisi Divisi Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Polri di Jakarta, serta Piping Works and Steel Structure Proyek Smelter Manyar, Gresik. 

Perolehan kontrak baru pada paruh pertama tahun ini masih didominasi dari lini bisnis Konstruksi sebesar 85 persen. Selanjutnya lini bisnis Properti menyumbang perolehan kontrak sebesar 6 persen. Sisanya sekitar 9 persen merupakan lini bisnis lainnya.

Sedangkan berdasarkan tipe pekerjaan yang diperoleh, perolehan kontrak yang berasal dari jenis proyek jalan dan 

jembatan 50 persen serta proyek gedung 9 persen. Kontrak dari proyek infrastruktur lainnya seperti pembuatan bendungan, bandara, jalur kereta api, dan proyek energi, serta proyek lainnya 41 persen. 

Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru yang bersumber dari Pemerintah sebesar 15 persen, BUMN dan BUMD sebesar 5 persen. Sementara proyek kepemilikian swasta/lainnya termasuk proyek investasi sebesar 80 persen.

"Peningkatan kontrak baru ini diharapkan dapat berkontribusi positif  terhadap revenue," kata Farid.

ADHI menargetkan perolehan kontrak baru pada tahun 2022 mencapai Rp15 triliun hingga Rp 28 triliun. Jumlah ini meningkat sekitar 15-20 persen dibandingkan tahun 2021. Perolehan kontrak baru ini didukung beberapa kontrak tahun lau yang bergeser ke tahun 2022 sebesar Rp 9 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement