Kamis 16 Jun 2022 21:43 WIB

Bustanul Arifin: Korporasi Petani Kopi Mampu Tingkatkan Kesejahteraan Petani Bandung

Kopi Jawa Barat memiliki ke-khasan tersendiri yang biasa disebut Java Preanger.

Petani menjemur buah kopi jenis arabika di Puntang Kopi, Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, (ilustrasi).
Foto: ANTARA/M Agung Rajasa
Petani menjemur buah kopi jenis arabika di Puntang Kopi, Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan mendorong pembentukan korporasi petani kopi guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing pengembangan kawasan perkebunan kopi nasional. Program ini dinilai mampu meningkatkan produksi kopi sekaligus kesejahteraan petani.

Guru Besar Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Alam, Universitas Lampung Bustanul Arifin mengatakan Jawa Barat (Jabar) merupakan salah satu sentra provinsi  penghasil kopi di Indonesia, kopi Jawa Barat memiliki ke-khasan tersendiri yang biasa disebut Java Preanger. Letak geografis Jawa Barat sangat mendukung pengembangan kopi, sehingga telah banyak menghasilkan kopi yang memiliki cita rasa tersendiri atau specialty coffee Indonesia.

Baca Juga

“Petani kopi Kabupaten Bandung telah membentuk suatu kelembagaan petani yang bertujuan meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani dengan nama PT. Java Preanger Lestari Mandiri (PT. JPLM) melalui pengesahan SK Kemenkum HAM Nomor AHU-0058287.AH.01.01 tanggal 9 November 2020, yang juga telah ditetapkan sebagai Korporasi Percontohan Nasional (KPN),” ucap Bustanul, saat dihubungi, Rabu (15/6/2022) lalu.

Lebih lanjut, Bustanul mengatakan, Provinsi Jabar memiliki  luas areal kopi hampir tersebar di seluruh kabupaten dengan luas areal seluas 49,83 ribu ha dengan  produksi 22,98 ribu ton dan produktivitas sebesar 786 kg/ha.  Kopi Perkebunan Rakyat (PR)  Provinsi Jabar seluas 49,68 ribu ha dengan produksi sebesar 22,92 ribu ton dan produktivitas sebesar 786 kg/ha yang terdiri dari kopi robusta seluas 18,64 ribu ha dengan produksi sebesar 10,12 ribu ton dan produktivitas 835 kg/ha dan kopi arabika seluas 31,04 ribu ha dengan produksi sebesar 12,8 ribu ton dan produktivitas 754 kg/ha.

Sebelumnya koperasi kopi di Kabupaten Bandung telah berdiri namun untuk mendapatkan stok kopi masih diperoleh melalui distributor atau pedagang besar, sehingga nilai tambah produk kopi tidak dapat dinikmati langsung oleh petani. Di sisi lain, perkebunan kopi di Kabupaten Bandung masih mengalami beberapa permasalahan, salah satunya adalah produktivitas yang belum maksimal.

Oleh karena itu, pengembangan korporasi petani kopi di Kabupaten Bandung dinilai sangat tepat sasaran. Saat ini untuk meningkatkan produktivitas dan mutu dari kopi java preanger, pengembangan kawasan kopi disisi hilir terus dilakukan dengan penggunaan benih unggul kopi bersertifikat, budidaya kopi yang sesuai GAP dan GMP, serta ramah lingkungan.

“Melalui gerakan tanam kopi yang pernah digalakan pada awal tahun 2022 di Kabupaten Bandung dulu oleh Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, diharapkan juga menjadi solusi jangka panjang untuk mendukung suplay bahan baku kopi sebagai bisnis korporasi petani,” katanya.

Tidak hanya itu, saat ini pengembangan areal kopi di Kabupaten Bandung ini juga berkolaborasi dengan Perhutani dengan penyediaan lahan melalui mekanisne LMDH, sehingga selain untuk tujuan pemenuhan rantai pasok kopi berkelanjutan juga bertujuan untuk konservasi dan meminimalkan deforestasi dan degradasi hutan.

“Kedepan Kementerian Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Perkebunan harus berperan aktif dalam membantu korporasi petani meningkatkan lagi nilai tambah dan daya saing produk kopinya serta rutin untuk mengikuti acara atau pameran di luar negeri agar kopi Java Preanger lebih dikenal dimancanegara sehingga pasarnya terbuka lebih luas lagi,” tutup Bustanul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement