REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pertumbuhan industri asuransi di Indonesia pascapandemi covid-19 cukup menunjukkan hasil yang positif. Pada Maret 2022, aset total industri keuangan nonperbankan tersebut sebesar Rp 1.637 triliun atau tumbuh 12,9 persen dari tahun sebelumnya.
Sejalan dengan industri asuransi, dana pensiun juga menunjukkan progres yang positif dengan total aset bersih sebesar Rp329 triliun atau tumbuh enam persen dari tahun sebelumnya.
"Ini kalau kita lihat memang potensinya masih banyak sekali. Tapi kalau kita lihat isunya apa? Pertama, literasi itu sangat penting. Susah kita menjual barang kalau barang itu tidak dimengerti, itu literasi," ujar Head of IFG Progress Reza Siregar, Rabu (1/6/2022).
Sejauh ini, penetrasi asuransi terbilang meningkat, yakni mulai dari 1,9 persen pada 2019 menjadi 3,2 persen pada 2022. Sedangkan penetrasi dana pensiunan cukup stabil yaitu sebanyak enam persen dan diproyeksi akan naik seiring perkembangan teknologi digital melalui program insurtech.
"Dengan digitalisasi ini kan financial inclusion menjadi lebih tinggi sehingga mudah-mudahan dengan digitalisasi, cost atau biaya apapun juga menjadi lebih murah, kita bisa menjual produk kita ke seluruh pelosok Indonesia. Ini aspek yang asuransi bisa manfaatkan," ucapnya.
Sementara Advisor Departemen Pengawasan Khusus Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumarjono menambahkan, upaya memperkuat industri asuransi dan dana pensiun merupakan tanggung jawab bersama. Bahkan Indonesia dan negara G20 berkomitmen dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat.
Di samping itu, perkembangan teknologi digital juga membawa risiko, misalnya faktor keamanan yang memang menjadi isu penting saat bertransaksi. Bahkan, ke depan akan ada tren bahwa semua transaksi akan beralih secara digital, sehingga seluruh masyarakat memerlukan literasi yang memadai.
"Isu literasi keuangan ini masih menjadi tantangan bagi kita semua. Berdasarkan survey per tiga tahun yang dilakukan OJK, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia pada 2019 mencapai 38,01 persen atau naik dari 2016 sebelumnya sebesar 29,7 persen," ucapnya.
Sebagai lembaga 'think tank' holding IFG, IFG Progress berkomitmen memperkuat literasi keuangan dan diharapkan dapat memberikan inovasi lain dalam memajukan industri jasa keuangan. IFG Progress juga diharapkan untuk membuat pemikiran-pemikiran dalam bentuk primary research dan secondary research.
"Forum diskusi dari IFG International Conference 2022 diharapkan dapat mendapatkan perspektif baru dan pemikiran dari para akademisi, lembaga think tank, pemerintah, pelaku industri terkait pada seputar isu asuransi dan dana pensiun," ucapnya.