Selasa 28 Oct 2025 16:13 WIB

Sepertiga Pekerja Terancam Hidup Miskin Saat Pensiun

Sebagian besar pekerja paruh waktu berpenghasilan di bawah Rp200 juta per tahun.

Penelitian terbaru mengungkapkan satu dari tiga pekerja di Inggris berisiko mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pokok saat memasuki masa pensiun.  (ilustrasi)
Foto: ist
Penelitian terbaru mengungkapkan satu dari tiga pekerja di Inggris berisiko mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pokok saat memasuki masa pensiun. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penelitian terbaru mengungkapkan satu dari tiga pekerja di Inggris berisiko mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pokok saat memasuki masa pensiun. Sekitar 11,6 juta pekerja penuh waktu dan paruh waktu diperkirakan tidak akan mencapai ambang pendapatan minimum sebesar £13.400 (sekitar Rp268 juta) per tahun untuk individu dan £21.600 (sekitar Rp432 juta) untuk pasangan.

Pekerja penuh waktu lebih mungkin mencapai tingkat pendapatan dasar ini dibandingkan pekerja paruh waktu, yang banyak berpenghasilan di bawah ambang £10.000 (sekitar Rp200 juta) untuk otomatis terdaftar dalam program pensiun oleh pemberi kerja mereka.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Dilansir laman Daily Mail, menurut studi yang dilakukan perusahaan pensiun Scottish Widows, pemerintah disarankan untuk memperluas sistem auto-enrolment guna mendukung pekerja paruh waktu dan berpenghasilan rendah.

Analisis terhadap tabungan saat ini, pendapatan pensiun di masa depan, dan pengeluaran hidup menunjukkan hanya 28 persen dari 34,2 juta pekerja di Inggris yang akan mencapai ambang pendapatan minimum tersebut. Sekitar 8 persen diperkirakan akan memiliki pendapatan pensiun sedang sebesar £31.700 (sekitar Rp634 juta) untuk individu dan £43.900 (sekitar Rp878 juta) untuk pasangan. Sementara itu, 30 persen akan menikmati pensiun yang nyaman dengan pendapatan sekitar £43.900 (sekitar Rp878 juta) untuk individu dan £60.600 (sekitar Rp1,2 miliar) untuk pasangan.

Angka-angka tersebut berasal dari studi tahunan Pensions UK, yang menggambarkan gaya hidup pensiunan namun tidak memperhitungkan pajak, biaya perumahan, atau biaya perawatan.

Scottish Widows menemukan satu dari lima pekerja penuh waktu akan hidup di bawah garis kemiskinan karena pendapatannya di bawah ambang minimum, sementara 36 persen pekerja paruh waktu akan gagal mencapai target tersebut.

Orang lanjut usia dengan pendapatan rendah berhak mendapatkan pension credit, tunjangan tambahan yang dapat meningkatkan pendapatan individu menjadi sekitar £11.800 (sekitar Rp236 juta) dan pasangan menjadi sekitar £18.000 (sekitar Rp360 juta) per tahun. Namun, banyak yang memenuhi syarat tidak mengajukan klaim, sehingga pemerintah berencana meluncurkan kampanye kesadaran minggu ini untuk mendorong lebih banyak orang mendaftar.

Scottish Widows juga mensurvei 1.000 pemberi kerja dan 2.000 karyawan dari berbagai sektor. Hasilnya, 45 persen perusahaan memberikan informasi dan dukungan rutin terkait pensiun, namun 38 persen karyawan mengaku memiliki pemahaman yang minim atau bahkan tidak tahu sama sekali tentang program yang tersedia.

Dukungan tambahan dari perusahaan dapat berupa kontribusi dana pensiun di atas batas minimum auto-enrolment, kontribusi yang disesuaikan (di mana pemberi kerja menambah jika karyawan juga menambah), skema pengorbanan gaji, sesi edukasi finansial, dan akses ke nasihat keuangan. Menurut hasil survei, kontribusi yang disesuaikan dianggap bentuk dukungan paling penting bagi karyawan.

“Pensiun tempat kerja bisa menjadi alat paling kuat yang dimiliki seseorang untuk membentuk masa depan finansial mereka. Namun, rendahnya keterlibatan membuat banyak orang melewatkan kesempatan terbaik untuk menabung jangka panjang,” kata Graeme Bold, Direktur Pelaksana Workplace Wealth and Intermediaries di Scottish Widows.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement