Selasa 15 Mar 2022 16:55 WIB

BPS: Impor Barang Konsumsi Anjlok 23,8 Persen Selama Februari 2022

Ini karena terjadi penurunan produk farmasi yakni vaksin yang turun 94,67 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Logo BPS. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan impor barang konsumsi selama Februari 2022.
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Logo BPS. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan impor barang konsumsi selama Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan impor barang konsumsi selama Februari 2022. Pemicu penurunan tersebut terutama dari turunnya impor produk farmasi pada bulan lalu.

Mengutip data BPS, total nilai impor barang konsumsi pada Februari 2022 mencapai 1,2 miliar dolar AS. Nilai itu anjlok 23,85 persen dibandingkan Januari 2022 (month to month/mtm). Secara tahunan, impor konsumsi juga turun 3,06 persen (year on year/yoy).

Baca Juga

"Ini terutama karena terjadi penurunan produk farmasi yakni vaksin yang turun 94,67 persen dibandingkan Januari 2022," kata Margo dalam konferensi pers, Selasa (15/3/2022).

Selain karena impor vaksin yang turun dari bulan sebelumnya, impor produk hortikultura turut menjadi pemicu utama turunnya impor konsumsi selama bulan lalu. Margo menerangkan, impor buah-buahan jeruk mandari, tercatat turun 90,3 persen serta buah apel segar yang juga turun 84,24 persen.

Selain impor barang konsumsi, impor bahan baku/penolong dan barang modal juga mengalami penurunan dibandingkan Januari. Namun tidak seperti barang konsumsi, kedua impor tersebut secara tahunan masih mencatat kenaikan.

BPS mencatat, impor bahan baku penolong pada Februari 2022 mencapai 12,83 miliar dolar AS. Turun 7,22 persen (mtm) namun masih mencatat kenaikan tinggi 29,98 persen (yoy). Sementara, impor barang modal sebesar 2,6 miliar dolar AS, turun 7,03 persen (mtm) namun naik 20,98 persen (yoy).

"Jadi, secara tahunan hanya impor konsumsi saja yang turun sedangkan bahan baku dan barang modal masih naik. Tentu ini merupakan kabar baik," katanya.

Margo menjelaskan, peningkatan yang masih terjadi pada impor bahan baku/penolong maupun barang modal menunjukkan pergerakan industri yang positif, termasuk aliran investasi untuk peningkatan produksi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement