REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kementerian Pertanian (Kementan) mengedukasi masyarakat untuk melakukan diversifikasi pangan lokal di antaranya talas beneng, yang merupakan sumber pangan alternatif dan tumbuh subur sebagai tanaman liar maupun hasil budi daya. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam keterangan pers tertulis, Senin (7/3/2022), mengatakan Indonesia sangat kaya pangan lokal.
"Di Indonesia, semua daerah memiliki pangan lokal. Oleh karena itu, kita mengajak masyarakat memanfaatkan diversifikasi pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan pangan, termasuk memanfaatkan talas beneng," katanya.
Mentan SYL menambahkan tugas Kementan adalah memenuhi kebutuhan pangan seluruh masyarakat dan kebutuhan pangan itu bisa dipenuhi dengan memaksimalkan diversifikasi pangan lokal.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan untuk menjaga pangan di tengah pandemi, Presiden Jokowi telah mengamanatkan semua kementerian dan lembaga negara untuk memprioritaskan kebutuhan pangan sebagai pasokan masyarakat."Pengembangan sektor pangan membutuhkan cara-cara baru yang inovatif, meningkatkan efisiensi proses produksi, pangan berkualitas dengan harga terjangkau, memperbaiki daya dukung ramah lingkungan dan mensejahterakan para petani," katanya.
Dedi menambahkan ekspor pertanian menjadi salah satu fokus Kementan apalagi di era pandemi Covid-19.
Sementara itu, salah seorang petani di Kabupaten Lumajang, Gunar Muhamad Ali telah berbuat nyata dalam penyediaan pangan dan pencetak devisa melalui kegiatan ekspor produk turunan talas beneng."Selain sebagai sumber pangan alternatif pengganti beras, semua yang ada pada talas beneng bernilai ekonomi tinggi, baik daun, umbi dan pelepahnya," katanya.
Selain dari umbinya sebagai bahan makanan, bagian lain dari talas beneng yang tidak kalah pentingnya adalah daun. Saat ini, daunnya sudah dimanfaatkan dan diproduksi menjadi rajangan kering daun talas benengatau untuk kebutuhan lain baik dalam maupun luar negeri.
Gunar menjelaskan bahwa setelah daun hijau dipetik selanjutnya diperam selama tiga hari dan setelah kuning daunnya dirajang. Selanjutnya, dijemur di Matahari atau oven dan setelah kering dibungkus dan kemas siap untuk diekspor.
"Sedangkan pelepahnya atau tangkai daun setelah dikeringkan dan dimasukkan mesin pelet digunakan untuk konsentrat pakan ternak atau ikan," ungkap Gunar.
Permintaan pasar nasional dan mancanegara sangat besar, yang sampai sekarang ini belum bisa terpenuhi. Pada masa pandemi ini saja, selain permintaan dalam negeri yang begitu besar, permintaan luar negeri untuk talas beneng juga tidak menyurut.