REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) memastikan ketersediaan produk untuk masyarakat tetap aman di tengah kemungkinan disrupsi pasokan bahan baku global serta dampak dari konflik Ukraina dan Rusia. Krisis Ukraina diperkirakan menimbulkan risiko rantai pasokan yang semakin besar, di tengah situasi krisis pasokan global karena dampak pandemi yang masih berlangsung.
Kalbe telah meningkatkan persediaan bahan baku (raw material) maupun kemasan (packaging material) hingga mencapai empat bulan untuk mengantisipasi krisis rantai pasok dunia tersebut. Sejak pandemi, persediaan bahan baku telah ditingkatkan bertahap untuk menjamin ketersediaan produk.
"Dengan timbulnya krisis geopolitik Ukraina, Kalbe akan terus memonitor kondisi pasar dan tren harga bahan baku dan kemasan. Ini kami lakukan untuk mengantisipasi gejolak pasokan agar dapat menjamin ketersediaan produk di masyarakat," kata Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Bernadus Karmin Winata, dikutip Jumat (4/3/2022).
Apabila terjadi kenaikan harga bahan baku yang signifikan dibandingkan dengan ekpektasi perusahaan, menurut Bernardus, perusahaan akan mempertimbangkan kenaikan harga produk secara bijak dan selektif namun tidak memberatkan konsumen.
Menurutnya, melalui kombinasi strategi product mix, efisiensi biaya operasional serta kenaikan harga, perusahaan tetap mentargetkan operating profit margin yang stabil di kisaran 14,5 - 15,5 persen pada 2022.
"Kalbe tetap berkomitmen untuk mencapai target pertumbuhan penjualan dan laba tahun 2022 di kisaran 11-15 persen," kata Bernadus.