REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kelompok tujuh negara ekonomi utama (G7) akan membentuk satuan tugas untuk fokus pada pembekuan dan penyitaan aset elit penting Rusia. Langkah ini bertujuan untuk memberikan tekanan lebih lanjut pada Rusia setelah invasi ke Ukraina.
"Langkah itu akan menimbulkan rasa sakit finansial pada individu-individu kuat di sekitar (Presiden Rusia Vladimir) Putin dan memperjelas bahwa tidak ada seorang pun di luar jangkauan kolektif kita," kata Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan virtual para kepala keuangan G7, Selasa (1/3/2022).
G7 juga akan terus mendukung penghapusan lembaga keuangan utama Rusia dari sistem perbankan SWIFT, katanya, seraya menambahkan bahwa kelompok tersebut mengharapkan sanksi yang dijatuhkan sejauh ini akan "menghambat kemampuan pemerintah Rusia untuk mendanai invasinya."
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai 'operasi khusus'.Sanksi memiliki dampak langsung pada ekonomi Rusia, dengan antrian terbentuk di luar bank-bank saat warga Rusia bergegas menyelamatkan tabungan mereka.
Perusahaan minyak Royal Dutch Shell Plc pada Selasa (1/3/2022) menjadi perusahaan besar Barat terbaru yang menarik diri dari negara itu.
Langkah-langkah tersebut membatasi penggunaan cadangan dana yang digunakan untuk berperang senilai 640 miliar dolar AS oleh Moskow untuk mempertahankan mata uangnya, tetapi masih harus dilihat apakah Rusia dapat menemukan saluran lain untuk perdagangan dan pembiayaan ekonominya. Khususnya, perusahaan-perusahaan dan bank-bank China sedang mencari cara untuk membatasi dampak sanksi terhadap hubungan mereka dengan Rusia, dengan penyelesaian transaksi dalam yuan terlihat meningkat dengan mengorbankan dolar.
Sementara itu menteri keuangan Jerman Christian Lindner, mengatakan G7 mengharapkan kesepakatan dalam beberapa hari mendatang tentang kemungkinan sanksi lebih lanjut, meskipun dia tidak memberikan rincian tentang langkah apa yang sedang dibahas."Kami ingin mengisolasi Rusia secara politik, finansial dan ekonomi," kata Lindner kepada wartawan setelah pertemuan virtual yang dipimpin oleh Jerman.
"Kami bertukar pikiran tentang penerapan sanksi saat ini dan kami juga bertukar proposal tentang tindakan tambahan apa yang dapat diambil," katanya.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan G7 telah menekankan perlunya koordinasi yang ketat dari tindakan mereka terhadap Moskow selama pembicaraan, yang juga diikuti oleh menteri keuangan Ukraina, Sergii Marchenko. Sementara itu, Bruno Le Maire dari Prancis menyatakan "perang ekonomi dan keuangan habis-habisan" melawan Rusia untuk menjatuhkan ekonominya sebelum membalikkan keputusannya yang kemudian dia katakan tidak pantas.