Senin 28 Feb 2022 07:45 WIB

BRI Optimistis Pertumbuhan Bisnis Tahun 2022

BRI Optimistis Pertumbuhan Bisnis Tahun 2022

Rep: Anastasia AS (swa.co.id)/ Red: Anastasia AS (swa.co.id)
Direktur Utama Bank BRI, Sunarso.
Direktur Utama Bank BRI, Sunarso.

Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, setelah mampu beradaptasi dan menunjukan pemulihan di kondisi pandemi covid-19. Lebangkotan UMKM membawa angin segar bagi pertumbuhan bisnis PT Bank Rakyat Indonesia.

Riset Indeks Bisnis UMKM BRI menunjukan level optimistis pada Kuartal IV 2021. Pertama, indeks bisnis UMKM secara mikro yang mengukur volume produksi, total nilai penjualan, rata-rata harga jual, volume pesanan, volume pemesanan barang input, volume persediaan barang jadi, rata-rata jumlah karyawan, hingga realisasi investasi mendapat hasil yang memuaskan.

KeduaIndeks sentimen bisnis UMKM yang menggali skor terhadap kondisi ekonomi makro. Dari hasil indeks tersebut, pelaku UMKM menyatakan kondisi perekonomian nasional hingga kondisi usaha telah mengalami perbaikan. Ketiga, penilaian pelaku UMKM terhadap kinerja pemerintah dalam penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.

“Ternyata data ketiga indeks tersebut menunjukkan optimisme. Indeks kepercayaan pelaku UMKM terhadap pemerintah masih sangat baik,” kata Direktur Utama BRI, Sunarso. Menurutnya, UMKM optimis terhadap program pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi menciptakan lapangan kerja, menstabilkan harga barang dan jasa, menyediakan dan merawat infrastruktur, memberikan rasa aman dan tentram, serta menegakkan hukum dan rasa keadilan.

Lebih jauh, dia menceritakan, Indonesia digempur oleh tantangan ekonomi dari luar dan dalam negeri. Di luar negeri, arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dapat memiliki implikasi bagi perekonomian di Indonesia. Pasalnya, keputusan Bank Sentral AS, The Fed, dalam melakukan tapering off serta potensi kenaikan suku bunga acuannya bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan dan arus investasi. Hal itu bisa terjadi sebagai efek dari gejolak pergerakan kurs dollar AS.

Arah kebijakan moneter AS itu juga dapat memantik Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter tertinggi di dalam negeri untuk meningkatkan BI-rate. Langkah BI dalam mengerek suku bunga acuannya bisa memberikan tekanan bagi bisnis perbankan.

Dua tantangan ini, lanjut Sunarso, telah dipetakan dengan penuh pertimbangan oleh perseroan. Membaiknya demand side menjadikan BRI optimistis tetap optimal melakukan ekspansi kredit. “Situasi yang sebenarnya bisa saya katakan masih optimistis bahwa kami akan bisa tumbuh secara sustain,” ujar Sunarso.

Di tahun ini, BRI menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 9%-11% year on year (yoy) di tahun ini. Dari segi manajemen risiko, BRI menargetkan bisa menjaga rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di level 2,8%-3%. Profitabilitas coba didongkrak dengan mematok target Net Interest Margin (NIM) 7,6%-7,8%, dibarengi dengan efisiensi cost of credit di kisaran 2,8-3%.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement