REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produksi bawang putih lokal pada 2022 sebesar 62,9 ribu ton. Target tersebut mengacu pada tren rata-rata produksi di tahun ini.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementan, Tommy Nugraha, mengatakan, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan produksi bawang putih lokal.
Apalagi, tantangan perubahan iklim tahun ini dinilai Kementan akan semakin berat dan dapat mempengaruhi tingkat produksi pangan secara nasional.
Tommy pun menuturkan, Kementan memilih untuk menetapkan target produksi sesuai dengan rata-rata capaian tahun sebelumnya. "Ya memang ini berdasarkan tren produksi Januari-Desember. Sifatnya masih proyeksi," kata Tommy kepada Republika.co.id, Rabu (26/1/2022).
Lebih lanjut, Tommy menuturkan, capaian produksi bawang putih setiap tahun juga sangat tergantung dari capaian program wajib tanam bawang putih lokal oleh para petani yang bekerja sama dengan importir bawang putih.
Seperti diketahui, pemerintah memberlakukan kewajiban tanam bawang putih dengan perkiraan produksi sebesar 5 persen dari kuota impor yang diperoleh para importir.
Wajib tanam itu pun sekaligus menjadi syarat bagi importir untuk bisa mendapatkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) sebelum importir mengurus Persetujuan Impor (PI) di Kementerian Perdagangan.
"Capaian wajib tanam itu tergantung juga dari jumlah importir. Jadi yaa memang mereka cukup mempengaruhi pencapaian produksi itu," kata Tommy.
Terkait RIPH bawang putih, Tommy tidak dapat menjelaskan detail angka RIPH yang telah diterbitkan Kementan awal tahun ini.
Seperti diketahui, rata-rata kebutuhan bawang putih per tahun berkisar 500 ribu-600 ribu ton. Adapun rata-rata volume impor bawang putih sekitar 450 ribu ton per tahun sehingga sekitar 90 persen kebutuhan nasional dipenuhi oleh impor.
Ketua Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo), Valentino, mengatakan, belum mengetahui detail volume Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) yang terbit untuk para importir anggota Pusbarindo. .
Adapun, kecepatan pemasukan stok impor bawang putih di awal tahun ini, tergantung dari kecepatan pelaku usaha memperoleh RIPH dan PI. "Tanpa itu belum bisa impor," ujarnya.