REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Migas (SKK Migas) mencatat kebutuhan investasi di tahun ini untuk sektor hulu migas mencapai 13,2 miliar dolar AS.
Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto menjelaskan, investasi ini diperlukan untuk mengejar target produksi minyak 1 juta barel minyak per hari pada 2030. Dwi menjelaskan, dari alokasi 13,2 miliar dolar AS ini, mayoritas akan digunakan untuk produksi sebesar 8,4 miliar dolar AS.
"Perbaikan fiskal dan insentif terus dilakukan untuk meningkatkan investasi migas ke depan dan mendukung program 1 juta barel minyak dan 12 BCFD gas di tahun 2030 mendatang," ujar Dwi di Kantor SKK Migas, Senin (17/1/2022).
Dwi memerinci 13,2 miliar dolar AS ini antara lain 8,4 miliar dolar AS untuk aktivitas produksi. Sedangkan untuk eksplorasi SKK Migas mencatat butuh 1 miliar dolar AS. Untuk sumur pengembangan SKK Migas mencatat btuuh 2,9 miliar dolar AS. Sisanya, untuk administrasi membutuhkan 900 juta dolar AS.
Sedangkan tahun lalu, realisasi investasi hulu migas mencapai 10,7 miliar dolar AS. Kata Dwi, capaian ini menjadi sinyal bagi dunia hulu migas untuk terus bergerak.
"Investasi yang cukup besar ini dilakukan karena kami menyadari sepenuhnya, ke depan kebutuhan terhadap migas akan semakin besar jadi kita harus bekerja keras dari hari ini," kata Dwi.
Kendati demikian, Dwi mengakui, dibutuhkan sejumlah perbaikan untuk meningkatkan investasi guna mendukung target produksi migas di 2030 mendatang. Salah satunya melalui perbaikan fiskal.
"Dampak positif dari peningkatan produksi migas nasional akan mengurangi current account deficit (CAD), menjaga ketahanan energi nasional, menciptakan lapangan kerja dan penguatan kapasitas perusahaan nasional penunjang industri hulu migas," ujar Dwi.
Dwi menjelaskan, dalam jangka pendek pun, kegiatan dan investasi di sektor hulu migas diperkirakan akan meningkat seiring dengan membaiknya ekonomi dengan semakin tertanganinya pandemi Covid-19.