Selasa 04 Jan 2022 01:28 WIB

Inflasi Desember 2021 Catat Kenaikan Tertinggi Sejak Pandemi

Inflasi per Desember 2021 tercatat 1,87 persen secara tahunan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Gita Amanda
Seorang pedagang menunjukkan telur ayam dagangannya di Pasar Malaka, Rorotan, Jakarta, Senin (3/1/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Desember 2021 sebesar 0,57 persen atau ada kenaikan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,5 pada November menjadi 107,66 sehingga inflasi sepanjang 2021 mencapai 1,87 persen, sama dengan inflasi dari tahun ke tahun.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Seorang pedagang menunjukkan telur ayam dagangannya di Pasar Malaka, Rorotan, Jakarta, Senin (3/1/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Desember 2021 sebesar 0,57 persen atau ada kenaikan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,5 pada November menjadi 107,66 sehingga inflasi sepanjang 2021 mencapai 1,87 persen, sama dengan inflasi dari tahun ke tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kenaikan inflasi tertinggi pada Desember 2021 untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19. Kepala Badan Pusat Statistik, Margo Yuwono menyampaikan inflasi atau perkembangan indeks harga konsumen per Desember 2021 tercatat 1,87 persen secara tahunan (yoy).

"Berdasarkan pemantauan yang kita lakukan di 90 kota terjadi inflasi karena kenaikan harga dari berbagai komoditas," katanya dalam konferensi pers BPS, Senin (3/1).

Baca Juga

Dari 90 kota, sebanyak 88 kota mengalami inflasi dan dua kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura sekitar 1,91 persen dan terendah di Pekanbaru sebesar 0,07 persen.

Secara bulanan, inflasi per Desember tercatat sebesar 0,57 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,66. Margo menyebut telah terjadi perbaikan ekonomi dan daya beli masyarakat seiring dengan kenaikan inflasi tersebut.

Inflasi tertinggi dialami oleh makanan, minuman, dan tembakau senilai 1,61 persen yang punya andil 0,41 persen dari total inflasi. Diikuti oleh inflasi transportasi senilai 0,62 persen yang punya andil 0,07 persen.

Margo menjabarkan, pendorong inflasi tertinggi dari makanan minuman adalah cabe rawit sebesar 0,11 persen, minyak goreng sebesar 0,08 persen, dan telur ayam ras 0,05 persen. Sedangkan dari kelompok transportasi kenaikan tarif angkutan udara punya andil terbesar.

"Secara umum, inflasi dikontribusi oleh inflasi bergejolak senilai 2,32 persen (mtm) dan 3,2 persen (yoy) yang punya andil 0,38 persen," katanya.

Komoditas yang menyebabkan kebaikan di komponen ini adalah naiknya harga-harga cabe rawit, minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam ras, dan cabe merah. Sementara itu, komponen inflasi inti naik 0,16 (mtm) dan 1,56 persen (yoy) dengan andil 0,11 persen.

Komoditas dari komponen inflasi tersebut yang mengalami kenaikan tertinggi adalah ikan segar dan sabun detergen cair juga bubuk. Satu lagi komponen inflasi yakni harga yang diatur pemerintah naik 0,45 persen (mtm) dan 1,79 persen (yoy) dengan andil 0,08 persen. Ini terjadi pada kenaikan tarif angkutan udara.

"Perkembangan inflasi secara total ini menggambarkan daya beli masyarakat yang meningkat," katanya.

Margo menyebut ada perbaikan sejak September 2021 dengan tren terus meningkat dibanding 2020. BPS menilai hal ini menjadi sinyal perbaikan perekonomian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement