Selasa 21 Dec 2021 12:44 WIB

Kementan dan CSP Tingkatkan Produktivitas Kakao Nasional

CSP mengembangkan beragam inisiatif sebagai upaya peningkatan produktivitas kakao.

CSP melaksanakan Rapat Umum Anggota sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Dalam pertemuan anggota di akhir 2011 ini, Rapat Umum Anggota CSP membicarakan tentang upaya peningkatan produktivitas kakao nasional melalui pendekatan lanskap di tengah pasar global berkelanjutan.
Foto: Istimewa
CSP melaksanakan Rapat Umum Anggota sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Dalam pertemuan anggota di akhir 2011 ini, Rapat Umum Anggota CSP membicarakan tentang upaya peningkatan produktivitas kakao nasional melalui pendekatan lanskap di tengah pasar global berkelanjutan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cocoa Sustainability Partnership (CSP) sebagai sebuah forum kemitraan publik dan swasta, yang secara aktif terlibat dalam upaya peningkatan dan pengembangan sektor kakao yang berkelanjutan di Indonesia. Tahun ini pula menandakan forum kemitraan ini telah bekerja bersama petani kakao rakyat di seluruh Indonesia dalam masa lima belas tahun. Bersama dengan anggota dan mitra strategis lainnya, CSP telah mengembangkan beragam inisiatif sebagai upaya peningkatan produktivitas kakao nasional. 

Guna mengukur keberhasilan dan membangun koordinasi multi pihak, CSP melaksanakan Rapat Umum Anggota sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Dalam pertemuan anggota di akhir 2011 ini, Rapat Umum Anggota CSP membicarakan tentang upaya peningkatan produktivitas kakao nasional melalui pendekatan lanskap di tengah pasar global berkelanjutan. 

Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sekaligus Ketua Dewan Penasehat CSP, Dr Ir Musdhalifah Machmud MT, menyampaikan, bagaimana kolaborasi multi pihak untuk peningkatan produktivitas kakao di sentra produksi. "Kakao merupakan salah satu komoditas yang sangat penting untuk negara kita, khususnya dalam perekonomian Indonesia," kata dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Selasa (21/12). 

Kakao merupakan komoditas perkebunan keempat terbesar penyumbang PDB Perkebunan sekitar 11,2 persen. Ini menunjukkan sektor hilir pengolahan kakao berperan efektif sebagai leading sector. "Total nilai ekonomi yang disumbangkan oleh kakao dan cokelat terhadap ekonomi adalah sebesar Rp 44,5 triliun,” kata Musdhalifah. 

 

photo
Warga melakukan perawatan buah kakao jelang masa panen serentak di sentral perkebunan kakao Nisam Antara, Aceh Utara, Aceh. (Antara/Rahmad)

 

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyambut, baik apa yang telah dilakukan oleh CSP selama ini. Dia mengharapkan, agar pertemuan-pertemuan seperti ini bisa menghadirkan rekomendasi dan konsepsi pemikiran tentang bagaimana pemerintah membangun koordinasi dan sinergi dengan CSP akan melangkah ke depan untuk kepentingan kakao kita bersama.

Dia menggaris bawahi, bahwa ada tiga agenda yang harus segera dilakukan intervensi bersama. Pertama, bagaimana kita bisa melakukan penanaman ulang dengan mempertimbangkan kebutuhan nasional dan ketersediaan stok bahan tanam. 

Harus ditentukan luasan dan di mana saja wilayah yang akan dilakukan penanaman ulang tanaman kakao. Upaya ini diyakini akan mampu memenuhi kebutuhan industri pengolahan dalam negeri.

“Persoalan lain dihadapi adalah kemampuan APBN kita untuk tahun-tahun ini hanya mampu menjangkau sekitar 5.000 hektare. Sementara kebutuhan penanaman ulang tanaman kakao secara nasional adalah minimal 250 ribu hektare," ujarnya. 

Diakatakan Syahrul, anggaran pemerintah banyak terserap untuk penyediaan vaksin dan pengelolaan lainnya yang berhubungan dengan penanganan Covid-19. Oleh karenanya, upaya ini harus didukung oleh pihak-pihak industri. 

Syahrul juga menambahkan, bahwa dalam masa penanaman ulang tersebut, petani bisa didukung dengan menanam tanaman sela yang bisa memberikan penghasilan hingga tanaman kakao mereka berproduksi. Misalnya saja dengan jagung atau pisang. 

Agenda lain yang harus dipikirkan bersama adalah pemerataan akses petani kakao terhadap bahan tanam berupa benih yang berkualitas. Sumber-sumber benih harus diperbanyak di wilayah-wilayah pengembangan kakao secara nasional. "Selain itu, mutu benih tersebut juga harus tetap diperhatikan," tegasnya.

Dalam pelaksanaan Rapat Umum Anggota CSP ini, juga dilaksanakan peresmian dua inisiatif yang dikembangkan oleh anggota CSP. Pertama adalah penyediaan Asuransi Berbasis Indeks Kelembaban Tanah untuk Tanaman Kakao yang dikembangkan bersama oleh PT. Mars Incorporated bekerja sama dengan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia dan juga diawasi langsung oleh Otoritas Jasa Keuangan OJK. 

Inisiatif kedua adalah aplikasi digital modul pelatihan budi daya tanaman kakao dengan menggunakan augmented reality dan virtual reality yang dilakukan oleh Olam Cocoa Indonesia. Kedua inisiatif ini, dikerja samakan bersama dengan International Finance Coorporation. 

Peresmian dua inisiatif ini dilakukan oleh Deputi Bidang Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Perekonomian, bersama dengan Kepala Eksekutif Pengawas IKNB, Komisioner OJK Riswinandi Idris.

Di kesempatan yang sama Direktur Eksekutif CSP Wahyu Wibowo menyampaikan, bahwa fokus utama rencana tahunan forum kemitraan ini di 2022, akan meletakkan perhatiannya pada penyediaan bahan tanam. Yakni, yang mendukung penanaman ulang tanaman kakao, penyediaan pupuk yang sesuai, penyediaan akses pembiayaan bagi petani, bagaimana sektor kakao Indonesia dalam mengantisipasi kebijakan Uni Eropa, penghidupan yang layak bagi petani, inisiasi keselarasan peta jalan pengembangan kakao berkelanjutan, dan juga upaya kampanye kepedulian tentang keberlanjutan. 

“Kami mengundang kolaborasi dari pihak lain dan anggota CSP untuk membuat business case sektor kakao yang menguntungkan semua pihak, dan keterlibatan aktif dalam gugus tugas CSP yang telah dibentuk sebelumnya untuk menjawab semua tantangan tersebut di atas,” kata Wahyu Wibowo.

Fokus lain CSP di tahun mendatang adalah penerapan pendekatan lanskap secara menyeluruh yang bisa memiliki daya ungkit peningkatan produktivitas kakao nasional. Rencana aksi yang tengah dikembangkan adalah bahwa semua pemangku kepentingan, anggota, dan mitra CSP, dan pemerintah tentu saja, untuk bisa saling bergandengan tangan dan berkolaborasi dalam peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement