Kamis 09 Dec 2021 19:34 WIB

Jaga Pertumbuhan, OJK Siapkan 7 Fokus Kebijakan pada 2022

Salah satu fokus kebijakan OJK di 2022 lanjutan penguatan sektor keuangan syariah

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso (tengah) bersama Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida (kiri) dan Anggota Dewan Komisioner/Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Heru Kristiyana (kanan) mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (9/12/2021). Rapat tersebut membahas evaluasi kinerja OJK tahun 2021 dan pembentukan panja penerimaan dan pengeluaran Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) OJK 2022.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso (tengah) bersama Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida (kiri) dan Anggota Dewan Komisioner/Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Heru Kristiyana (kanan) mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (9/12/2021). Rapat tersebut membahas evaluasi kinerja OJK tahun 2021 dan pembentukan panja penerimaan dan pengeluaran Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) OJK 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan mencatat kondisi sektor jasa keuangan hingga Desember ini dalam kondisi stabil dengan kinerja yang membaik seiring dengan perekonomian yang meningkat. OJK juga menyiapkan tujuh fokus kebijakan utama di 2022 untuk terus menjaga momentum pemulihan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan.

Rencana kebijakan tersebut sejalan dengan upaya OJK untuk terus berperan aktif dalam mewujudkan perekonomian nasional yang tumbuh kuat, mampu menciptakan kesempatan kerja luas dan seimbang di semua sektor perekonomian, serta memberikan kesejahteraan kepada seluruh rakyat Indonesia. Demikian disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis.

Baca Juga

Di sektor pasar modal Indonesia berada dalam kondisi yang stabil dan terkendali seiring dengan peningkatan jumlah investor retail di pasar modal, yang tercermin dari: 

1. IHSG tercatat menguat ke level 6.602,57 atau tumbuh 10,45 persen (ytd) sampai dengan 8 Desember 2021,. Kinerja IHSG saat ini sudah jauh lebih baik dibanding pada saat titik terendahnya, yaitu 3.937,63, pada 24 Maret 2020 ketika kasus positif di Indonesia mulai terpantau meningkat. 

2. Penghimpunan dana melalui pasar modal hingga 7 Desember 2021 mencapai Rp 335,8 Triliun dari 180 penawaran umum. Capaian ini jauh melampaui perolehan tahun 2020 sebesar Rp 118,7 Triliun. Selain itu, masih terdapat 11 Penawaran Umum sebesar Rp 13,99 Triliun yang masih berada di pipeline. 

3. Pasar modal domestik juga telah mencatatkan lonjakan pertumbuhan investor yang didominasi oleh investor milenial (Nov-21: 7,2 juta investor; tumbuh 101,72 persen yoy). Dari jumlah tersebut sebanyak 99 persen adalah investor ritel.

Sementara di sektor perbankan memiliki tingkat permodalan dan likuiditas yang memadai dengan tingkat risiko masih terjaga baik. Per Oktober 2021, rasio kecukupan modal minimum (CAR) berada di level 25,34 persen dan dipertahankan di atas 20 persen selama periode pandemi sehingga perbankan Indonesia memiliki kemampuan yang baik untuk menyerap setiap potensi risiko (risk taking capacity).

Di tengah penanganan pandemi, fungsi intermediasi telah menunjukan trend peningkatan. Per Okt-21, pertumbuhan kredit perbankan tercatat sebesar 3,24 persen yoy dan 3,21 persen ytd (per 1 Des 21 tumbuh 3,98 persen ytd).

Dari sisi segmen debitur, kredit UMKM mulai tumbuh positif (3,04 persen yoy atau 3,35 persen ytd). Sejalan dengan hal tersebut kredit korporasi juga sudah tumbuh positif (1,87 persen yoy dan 2,40 persen ytd). Pertumbuhan kredit didukung penyaluran kredit Bank Persero (6,84 persen yoy; 5,31 persen ytd) dan BPD (5,99 persen yoy; 4,04 persen ytd).

Kinerja 200 debitur besar telah tumbuh positif seiring dengan tren kenaikan kredit nasional. Secara ytd pertumbuhan kredit di 200 grup debitur terpantau mix, dengan net pertumbuhan kredit Rp 64,58 triliun (5,7 persen ytd) di bulan Oktober 2021. 

Total kredit restrukturisasi covid-19 telah menurun sejalan dengan pemulihan ekonomi menjadi Rp 714 triliun per Oktober 2021 yang mencakup 4,4 juta debitur. Sementara di Perusahaan Pembiayaan sebesar Rp216,22 T pada 5,19 Juta kontrak. Dari sisi risiko kredit, rasio NPL gross sebesar 3,22 persen per 21 Oktober 2021 atau tetap terjaga di bawah ambang batas yang sebesar 5 persen dan sama dengan NPL gross per September 2021 yang sebesar 3,22 persen.

Perbaikan yang relatif signifikan juga tercatat pada Industri Keuangan Non-Bank (IKNB), industri asuransi telah mengalami perbaikan dimana pertumbuhan premi asuransi umum dan reasuransi tercatat sebesar 7,9 persen yoy, meskipun premi asuransi jiwa masih terkontraksi tipis sebesar -0,2 persen yoy.

Pada sisi permodalan industri asuransi, RBC per jenis perusahaan tetap terjaga di atas threshold yaitu 605,89% untuk asuransi jiwa dan 352,02% untuk asuransi umum dan reasuransi. 

Sebagaimana mandat UU terkait tugas OJK dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, dapat kami sampaikan bahwa tingkat inklusi keuangan nasional berada di level 76,19 persen (2016: 67,8 persen), angka berada di atas target tahun 2019 yang ditetapkan yaitu sebesar 75 persen. Sementara, untuk tingkat literasi keuangan nasional berada di level 38,03 persen (2016: 29,7 persen), angka tersebut telah berada di atas target tahun 2019 yang ditetapkan sebesar 35 persen.

Dapat kami sampaikan bahwa sejak implementasi Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen, data layanan meningkat pesat. Sampai dengan 30 November 2021, layanan baru yang masuk sudah mencapai 600,794 layanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement