REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga emas anjlok 3 persen ke level terendah dalam lebih dari satu minggu pada hari Senin setelah Amerika Serikat dan China mengatakan bahwa mereka telah menyetujui kesepakatan untuk memangkas tarif timbal balik. Kesepamatan ini membuat nilai tukar dolar menguat dan mengurangi daya tarik logam mulia tersebut.
Harga emas spot turun 3,3 persen menjadi 3.215,07 dolar AS per ons, pada pukul 10.22 GMT, level terendah sejak 1 Mei. Harga emas berjangka AS turun 3,7 persen menjadi 3.218,70 dolar AS.
"Penurunan ketegangan antara China dan AS mengurangi permintaan aset safe haven seperti emas," kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Ia mengatakan harga jangka pendek kemungkinan akan tetap bergejolak. Namun tarif yang lebih tinggi masih membebani pertumbuhan ekonomi dan (akan) kemungkinan memaksa bank sentral untuk memangkas suku bunga akhir tahun ini.
"Bank sentral juga mungkin menggunakan penurunan harga ini untuk menambah eksposur," katanya.
Dalam penurunan yang substansial, AS dan China mengatakan mereka telah menyetujui kesepakatan untuk memangkas tarif timbal balik karena mereka berusaha untuk mengakhiri perang dagang yang telah mengganggu ekonomi global.
Berbicara setelah pembicaraan dengan pejabat Tiongkok di Jenewa, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan kepada wartawan bahwa kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan untuk jeda 90 hari pada pungutan dan bahwa tarif timbal balik akan turun sebesar 115 persen.
AS dan China memberlakukan tarif balasan bulan lalu, yang memicu perang dagang yang memicu kekhawatiran akan resesi global.
Sementara itu, indeks dolar melonjak lebih dari 1 persen terhadap para pesaingnya, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Emas diperkirakan akan turun seiring apresiasi dolar.