REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (11/10). IHSG mengalami koreksi sebesar 0,34 persen menjadi 6.459,69 setelah sempat menembus level 6.500 di awal perdagangan.
Secara sentimen, menurut riset, pasar Asia cenderung melemah karena investor merespons negatif rilis data tenaga kerja AS periode September yang jauh di bawah ekspektasi. Penciptaan lapangan kerja hanya mencapai 194.000, jauh di bawah ekspektasi penambahan 500.000.
"Pasar menilai lemahnya data penyerapan tenaga kerja bisa meredam akselerasi pertumbuhan ekonomi," tulis Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Senin (11/10).
Dari sisi sektor, pelemahan sejumlah saham perbankan menjadi penekan pergerakan IHSG. Hari ini BBYB terkoreksi sebesar 6,99 persen diikuti oleh BEKS jatuh yang jatuh 4,76 persen, ARTO melemah 4,45 persen, serta BRIS turun 2,79 persen.
Di sisi lain, investor asing masih mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp903 miliar. Adapun saham yang paling banyak dibeli yaitu BBRI sebesar Rp 244,9 miliar, BMRI sebesar Rp 151,7 miliar, TLKM sebesar Rp 65,8 miliar hingga UNTR sebesar Rp 43,5 miliar.
Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menyebut penurunan IHSG juga dipengaruhi oleh aksi ambil untung investor. Pasalnya, dalam sepekan lalu, IHSG telah menguat signifikan hingga 4,06 persen.
Sepanjang hari ini Indeks LQ45 justru bergerak menguat sebesar 0,18 persen. Namun, kenaikan saham-saham dengam likuiditas tinggi tersebut masih gagal membawa IHSG ke zona merah. Adapun saham-saham dalam kelompok indeks LQ45 yang mendominasi penguatan diantaranya MDKA, ITMG, EXCL, TINS, dan MEDC.