REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewaspadai tekanan lebih kuat terhadap ekonomi nasional pada kuartal III 2021. Tekanan, ujar Jokowi, justru datang setelah ekonomi sempat kembali pulih pada kuartal kedua tahun ini dan tercatat tumbuh positif.
"Kita tahun awal bulan Juli, varian delta telah memaksa kita untuk memperketat mobilitas masyarakat. yang tentu saja berdampak pada ekonomi nasional kami. Hal ini yang harus diwaspadai, termasuk oleh pasar modal," ujar Presiden Jokowi dalam sambutannya di peringatan HUT ke-44 Pasar Modal, Selasa (10/8).
Kendati begitu, Jokowi meyakini pasar modal lebih resisten terhadap potensi tekanan ekonomi. Ia berkaca pada penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid pertama dan kedua pada 2020 lalu, saat nilai transaksi harian di bursa efek justru melonjak ke angka Rp 8 triliun. Bahkan setelah PSBB kedua berakhir pun, nilai transaksi harian di bursa bisa tembus Rp 13,1 triliun.
Pasar modal memang kebanjiran pendatang baru selama periode pandemi ini. Pemerintah mencatat ada kenaikan jumlah investor hingga 50 persen (yoy) pada Juli 2021. Jumlah investor pun melonjak empat kali lipat lebih banyak ketimbang capainnya di 2017 lalu. Menariknya, peningkatan jumlah investor pasar modal didominasi investor domestik.
"Juga didominasi kaum milenial, kenaikan jumlah investor ini akan berkontribusi untuk menahan tekanan pasar," kata Jokowi.
Jumlah perusahaan yang melakukan penawaran perdana saham atau IPO sepanjang 2021 ini juga tidak menurun. Bursa Efek Indonesia tetap mencatatkan jumlah IPO tertinggi di Asia Tenggara. Hingga Juli 2021, tercatat ada 27 perusahaan yang melantai.