REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menginginkan ketersediaan hortikultura di masa pandemi Covid-19 ini tetap terjamin. Salah satu musuh nyata budidaya hortikultura, khususnya buah adalah serangan lalat buah. Untuk itu penggunaan pestisida alami dibutuhkan untuk mendorong produksi hortikultura ramah lingkungan.
Banyak komoditas buah-buahan yang terhambat ke pasar ekspor dikarenakan keberadaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti lalat buah. Solusi yang dilakukan umumnya dengan pemberian pestisida. Sayangnya dalam beberapa kondisi, pestisida yang diberikan lebih banyak menggunakan pestisida kimiawi ketimbang nabati.
“Kondisi pemakaian pestisida kita cukup memprihatinkan. Cobalah kita meminimalisir penggunaan pestisida kimiawi. Gunakan pesitisida nabati misalnya mahoni, mimba atau babandotan yang bagus untuk mengatasi thrips, kutu kebul. Minimal ini bisa dijadikan pencegahan. Kampung-kampung hortikultura ini saya harapkan menggunakan pestisida alami seperti ini,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam Bimbingan Teknis Pengelolaan OPT di Kampung Hortikultura Melalui Pemanfaatan Pestisida Nabati, Selasa (27/7) lalu.
Bimtek yang diikuti 4.009 melalui kanal Youtube dan Zoom Meeting ini berlangsung interaktif. Tak hanya mengupas keunggulan pestisida alami namun juga teknis membuat pestisida alami melalui mimba dan selasih.
Direktur Perlindungan Hortikultura, Inti Pertiwi mengatakan bahwa pengelolaan ramah lingkungan diatur dengan gamblang pada UU No 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura. Tak hanya itu, pada UU No 12 tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan juga mengatur bahwa perlindungan pertanian dilaksanakan dengan sistem pengelolaan hama terpadu.
“Dikarenakan penggunaaan pestisida kimiawi bisa berdampak pada kesehatan manusia, Kementan tidak lagi menganggarkan pestisida kimiawi. Ini merupakan bukti keberpihakan pemerintah untuk berperan pada lingkungan. Pelaksanaannya menjadi tanggung jawab semua pihak mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani, pelaku usaha hingga masyarakat,” papar Inti.
Memanfaatkan pestisida alami memiliki sejumlah keuntungan bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Keunggulan ini bersifat jangka panjang dan hampir tidak dimiliki pestisida sintesis atau kimiawi.
“Secara umum pestisida alami mudah terurai dan aman untuk manusia. Resistensi pada hama tergolong lambat dan senyawanya bersifat sinergis. Artinya jika ditambah dengan ekstrak lain bisa berdaya guna berkali lipat. Penggunaan insektisida alami kompatibel dengan strategi lain dalam PHT. Utamanya, pestisida alami bisa dibuat sendiri,” ujar Staf Departemen Proteksi Tanaman IPB, Dadang.
Dadang menerangkan pestisida alami sudah lama digunakan sejak jaman lalu bahkan konon sejak 3000 SM yakni menggunakan bawang putih, ampas zaitun dan mentimun liar. Sejak 1960 bahkan ekstrak azadirakhtin dari tanaman mimba dan pestisida alami mulai dilirik lagi sejak 1985. Bahkan beberapa senyawa aktif juga digunakan untuk bahan pestisida sintetik.
“Mimba sudah lama digunakan sebagai bahan pestisida alami. Hampir semua bagian tanaman ini bisa digunakan, terutama biji. Hampir ada 100 senyawa aktif yang terdapat pada mimba yakni azadirakhtin yang bisa diambil dari kultur jaringan, beberapa senyawa bisa masuk ke jaringan tambahan. Manfaatnya sangat baik itu berbagai jenis hama mulai dari larva kumbang, penggerek batang, wereng, kepik, thrips, lalat buah, kutu perisai, tungau dan beberapa OPT lainnya,” papar Bambang.