REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kota Malang menjadi satu-satunya kota yang mengalami inflasi di Jawa Timur (Jatim). Angka inflasi yang dimiliki Kota Malang pada Juni lalu sekitar 0,08 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini mengatakan, seluruh kota di Jatim mengalami deflasi pada bulan lalu. Tercatat, Sumenep menjadi daerah deflasi tertinggi dengan angka 0,58 persen. "Dan deflasi terendah di Jember dengan presentase 0,10 persen," jelas Erny dalam Konferensi Pers (Konpers) secara daring, Kamis (1/7).
Berdasarkan data deflasi dan inflasi di seluruh wilayah, maka Jatim mengalami deflasi 0,14 persen pada Juni 2021. Hal serupa juga terjadi pada tingkat perekonomian nasional. Yakni, Indonesia mengalami deflasi 0,16 persen pada bulan lalu.
Adapun mengenai inflasi di Kota Malang, Erny menilai, ini terbantu oleh harga mobil. Komoditas ini mengalami kenaikan harga sebesar 1,61 persen sehingga memberikan andil 0,03 persen. "Lalu rokok kretek filter yang naik 1,74 persen dengan andil 0,03 persen," ucapnya.
Penyumbang inflasi terbesar berikutnya adalah pada komoditas pisang dan masing-masing. Keduanya, masing-masing mengalami kenaikan harga sebesar 5,85 persen dan 14,31 persen. Oleh karena itu, dua komoditas ini turut menyumbang inflasi sekitar 0,02 persen.
Sementara kelompok penyumbang deflasi terbesar di Kota Malang antara lain cabe rawit. Bahan makanan ini mengalami penurunan harga sebesar 26,95 persen. "Dan andil deflasi sekitar 0,06 persen," jelasnya.
Kelompok penyumbang deflasi berikutnya ada harga cabai merah yang sempat naik hingga 33,68 persen. Komoditas ini memberikan sumbangan deflasi pada bulan lalu sebesar 0,03 persen. Kemudian ada pula sabun deterjen yang mengalami kenaikan harga sebesar 1,31 persen dengan andil 0,01 persen.
Dibandingkan beberapa bulan lalu, inflasi Juni termasuk yang terendah di Kota Malang. Tercatat, inflasi Kota Malang pada April 2021 sekitar 0,10 persen. Kemudian sempat menginjak angka 0,14 persen pada Mei lalu.
Wilda Fizriyani